JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh menyebut para terduga teroris di Solo yang berusia relatif muda tidak mendapatkan pengajaran empat pilar pendidikan. Selain itu, para teroris berusia muda tidak memahami pentingnya nilai-nilai kewarganegaraan.
"Mereka (teroris Solo) tidak memahami tentang urgensi empat pilar pendidikan yang meliputi pemahaman mengenai UUD 1945, NKRI, Kebhinekaan, dan Kewarganegaraan. Mereka tidak pernah mendapatkan tentang empat pilar tersebut selama di sekolah," ujar Muhammad Nuh di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta (3/9/2012).
Nuh menjelaskan, teroris belia itu tidak memahami Indonesia sebagai rumah bersama di tengah-tengah kampung internasional. Teroris belia, lanjutnya, merugikan dirinya sendiri dan orang lain karena tindakan anarkis.
Dia menjelaskan, keberadaan teroris belia tersebut membuktikan bahwa generasi muda memprihatinkan. Menurutnya dengan adanya teroris belia semakin menguatkan kedudukan bahwa empat pilar pendidikan belum sepenuhnya merasuk ke lapisan masyarakat.
"Patut disesalkan memang kalau anak-anak itu (teroris belia) tidak mendapatkan empat pilar pendidikan. Itu (empat pilar pendidikan) telah diajarkan di sekolah dan masyarakat seharusnya ikut berperan mengenalkan hal tersebut ke generasi muda," pungkasnya.
Sebelumnya, teroris Solo yang ditembak mati Densus 88 yaitu Farhan Mujahid dan Muchsin Sani diketahui baru berusia 19 tahun. Kedua teroris itu alumnus Ponpes Nguruki, Solo. Sedangkan teroris yaitu Bayu yang dibekuk di Temanggung diketahui berusia sekitar 25 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.