JAKARTA, KOMPAS.com - Kepolisian membantah pihaknya tidak mengupayakan pencegahan terhadap kerusuhan yang terjadi di Sampang, Madura beberapa waktu lalu. Kepolisian mengaku telah berada di lokasi kejadian untuk mengamankan, namun ternyata personel kepolisian tak sebanding dengan masyarakat.
Polri pun tak merasa kecolongan terhadap peristiwa itu karena telah menempatkan anggotanya. "Pada saat kejadian anggota kita ada di tempat. Personel kita tidak sebanding dengan massa. Kita tidak bisa melakukan upaya pencegahan, istilah kecolongan sudah tidak ada. Di situ masyarakat tidak menghargai aparat, kita juga jadi korban ini," terang Kepala Bagian Penerangan Umum Polri, Komisaris Besar Agus Rianto, di Jakarta, Rabu (29/8/2012).
Saat ini kepolisian pun melakuan upaya pendekatan pada masyarakat. Kekuatan personel di lokasi tengah dipertimbangkan. Secara bertahap Polri juga tengah bersiap diri untuk menambah personel.
"Makanya Bapak Presiden bilang Polri akan ditambah 15 sampai 20 ribu personel untuk bisa mencegah terjadi gangguan kamtibnas. Sudah dilanjuti Polri dengan mendidik 5 ribu anggota tahun depan. Akan bertahap. Kita berharap kedepan kondisi ideal bisa sesuai standar internasional, ini kan berproses," ujar Agus.
Dalam kasus yang menewaskan dua warga sampang ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat mengkritik intelijen Polri yang lemah. Agus beranggapan kritik tersebut justru menjadi motivasi Polri. "Kami kepolisian akan bekerja lebih baik. Polisi buka diri, siap dikoreksi dan dikritik. Kita harap seluruh masyarakat berikan masukan," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.