Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P: Ada Politisasi Kasus Emir Moeis

Kompas.com - 26/07/2012, 11:22 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menilai ada unsur politik dalam penanganan kasus pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tarahan, Lampung, tahun 2004 yang menyeret politisi PDI Perjuangan Emir Moeis. Penilaian itu muncul setelah terjadi simpang siur status hukum Emir.

Pihak Kementerian Hukum dan HAM menyebut Emir sudah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan korupsi dengan mengacu surat permohonan pencegahan Emir ke luar negeri. Sebaliknya, KPK belum mau mengungkapkan status hukum Ketua Komisi XI DPR itu.

"Ada kepentingan politik dalam menyampaikan rilis terbuka tentang posisi hukum (Emir)," kata Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo melalui pesan singkat, Kamis ( 26/7/2012 ).

Tjahjo mengatakan, seharusnya KPK yang mengumumkan penetapan tersangka seseorang. Dia meminta pihak Kemenkum dan HAM jangan merilis ke publik hal yang bukan merupakan kewenangannya.

"Kalau hal itu (pengumuman penetapan tersangka) kewenangan KPK, sangat disayangkan kalau diserobot oleh oknum aparatur negara untuk kepentingan politiknya," kata Tjahjo.

Sebelumnya, dalam surat yang dikirimkan KPK kepada Dirjen Imigrasi Kemenkumham tanggal 23 Juli 2012 lalu disebutkan, rujukan permohonan larangan bepergian ke luar negeri atas nama Emir salah satunya adalah surat perintah penyidikan atas nama Emir sebagai tersangka.

Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana membenarkan bahwa KPK telah menuliskan status Emir sebagai tersangka dalam surat permohonan cegah.

Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Ahmad Basarah mempertanyakan apakah penetapan status tersangka Emir seperti yang diungkap Denny sudah berdasarkan alat bukti yang cukup.

"Kalau dua alat bukti yang disyaratkan KUHAP belum terpenuhi tetapi sudah diumumkan status tersangkanya, apalagi yang mengumumkan Wamenkum dan HAM, maka publik akan mudah menilai kasus itu sarat dengan nuansa dan manuver politis," kata Basarah.

Untuk itu, lanjut Wakil Sekjen PDI Perjuangan itu, KPK harus mempercepat penanganan kasus itu. Jika memang cukup bukti, maka harus segera diproses lalu diadili. Sebaliknya, jika ternyata tidak cukup bukti, kata dia, maka KPK harus segera mencabut pencegahan Emir ke luar negeri.

"Jangan biarkan opini liar terus berkembang yang akhirnya merugikan banyak pihak, termasuk merugikan kredibilitas KPK sendiri," ujar Basarah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Nasional
    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Nasional
    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Nasional
    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    Nasional
    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Nasional
    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Nasional
    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Nasional
    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    Nasional
    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Nasional
    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Nasional
    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Nasional
    Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

    Nasional
    Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

    Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

    Nasional
    Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

    Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com