Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"No Free Lunch", Bantuan Pengusaha untuk Kepolisian

Kompas.com - 05/07/2012, 18:49 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sikap Kepolisian yang menerima bantuan dana dari para pengusaha dinilai selain akan merusak sistem administrasi keuangan negara, juga akan merusak wibawa dan menganggu independensi Polri dalam melaksanakan tugas sebagai penegak hukum.

Hal itu dikatakan anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Ahmad Basarah di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (5/7/2012).

Basarah dimintai tanggapan sikap Kepolisian yang menerima bantuan dari dua pengusaha di Makassar, Sulawesi Selatan, dalam pembangunan Polsekta Tamalate, Makassar.

Pengusaha Ricky Tandiawan mewakafkan tanahnya seluas 1.411 meter persegi dan Hj Najmiah Muin mendirikan bangunan Polsekta senilai Rp 1,8 miliar. Pembangunan itu telah rampung.

Basarah mengatakan, sikap Kepolisian yang menerima bantuan dari pengusaha bukan hal baru. Sejak zaman orde baru, kata dia, sudah banyak pengusaha yang melakukan investasi secara material, baik dalam bentuk uang tunai maupun barang ke jajaran Kepolisian.

Menurut Basarah, hubungan pengusaha dengan petugas terjadi di semua level mulai dari tingkat Kepala Polsek sampai Kepala Polri. Hubungan itu sudah terjalin sejak pejabat Polri itu masih berpangkat rendah atau ketika sudah menjadi perwira.

"Apa yang dilakukan dua pengusaha itu adalah salah satu bentuk hubungan yang terbangun antara pejabat-pejabat Polri dan pengusaha itu. Hanya saja bantuan mereka berdua bersifat terbuka dan ditujukan untuk kepentingan institusi," kata Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan itu.

Dikatakan Basarah, penerimaan bantuan itu memang tidak salah. Namun, seharusnya sumber pembangunan seluruh fasilitas Polri menggunakan alokasi anggaran APBN. Kewibawaan Polri menjadi pertaruhan ketika pembangunan tidak menggunakan uang negara.

"Bantuan pengusaha yang bersifat personal maupun institusional, keduanya tetap bersifat mengikat secara psikologis dan politis. Kata orang pebisnis no free lunch," katanya.

"Hal itu dapat kita amati dari perilaku pejabat-pejabat Polri yang sudah pernah terikat hutang budi dengan pengusaha-pengusaha. Ketika pengusaha itu tersangkut masalah hukum, maka Polri tidak bisa lagi independen mengusutnya," kata Basarah.

Oleh karena itu, Basarah berharap agar Kapolri segera menertibkan jajarannya untuk menolak bantuan apapun dari masyarakat, terutama dari pengusaha.

Seperti diberitakan, kedua pengusaha itu mengungkapkan keiklasan menyumbang tanpa ada imbalan dari kepolisian. Selama ini, Polsekta Tamalate belum mempunyai markas tetap dan sering berpindah-pidah tempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Komisi X Rapat Bareng Nadiem Makarim, Minta Kenaikan UKT Dibatalkan

    Komisi X Rapat Bareng Nadiem Makarim, Minta Kenaikan UKT Dibatalkan

    Nasional
    Menaker Ida Paparkan 3 Tujuan Evaluasi Pelaksanaan Program Desmigratif

    Menaker Ida Paparkan 3 Tujuan Evaluasi Pelaksanaan Program Desmigratif

    Nasional
    ICW Dorong Dewas KPK Jatuhkan Sanksi Berat, Perintahkan Nurul Ghufron Mundur dari Wakil Ketua KPK

    ICW Dorong Dewas KPK Jatuhkan Sanksi Berat, Perintahkan Nurul Ghufron Mundur dari Wakil Ketua KPK

    Nasional
    Prabowo Disebut Punya Tim Khusus untuk Telusuri Rekam Jejak Calon Menteri

    Prabowo Disebut Punya Tim Khusus untuk Telusuri Rekam Jejak Calon Menteri

    Nasional
    Reformasi yang Semakin Setengah Hati

    Reformasi yang Semakin Setengah Hati

    Nasional
    Lemhannas Dorong Reaktualisasi Ketahanan Nasional Lewat 'Geo Crybernetic'

    Lemhannas Dorong Reaktualisasi Ketahanan Nasional Lewat "Geo Crybernetic"

    Nasional
    Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Hari Ini

    Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Sidang Etik Nurul Ghufron Hari Ini

    Nasional
    Sukseskan WWF 2024, Pertamina Group Paparkan Aksi Dukung Keberlanjutan Air Bersih

    Sukseskan WWF 2024, Pertamina Group Paparkan Aksi Dukung Keberlanjutan Air Bersih

    Nasional
    ICW Dorong Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Kasus Nurul Ghufron, Sebut Putusan Sela PTUN Bermasalah

    ICW Dorong Dewas KPK Tetap Bacakan Putusan Kasus Nurul Ghufron, Sebut Putusan Sela PTUN Bermasalah

    Nasional
    Anies Dinilai Sulit Cari Partai yang Mau Mengusungnya sebagai Cagub DKI Jakarta

    Anies Dinilai Sulit Cari Partai yang Mau Mengusungnya sebagai Cagub DKI Jakarta

    Nasional
    PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

    PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

    Nasional
    SYL Klaim Tak Pernah 'Cawe-cawe' soal Teknis Perjalanan Dinas

    SYL Klaim Tak Pernah "Cawe-cawe" soal Teknis Perjalanan Dinas

    Nasional
    Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

    Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

    Nasional
    Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

    Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

    Nasional
    Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

    Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com