Kelas menengah mencerminkan sebuah strata yang secara sosial ekonomi belum cukup kuat. Mereka dicirikan oleh rata-rata pendidikannya yang setingkat SMA dengan penghasilan sekitar Rp 1,9 juta dan pengeluaran Rp 750.000-Rp 1,9 juta per bulan.
Mereka juga dicirikan oleh luasnya variasi pekerjaan, mulai dari wirausaha perseorangan, pedagang, pegawai negeri rendahan, pegawai swasta setingkat supervisor dan karyawan biasa, serta mereka yang memilih profesi sebagai ibu rumah tangga, pelajar/mahasiswa, dan pensiunan. Jumlah mereka diperkirakan berada di kisaran 50 persen dari jumlah penduduk perkotaan yang disurvei.
Kelas menengah juga dicirikan sebagai kelas yang mulai melek teknologi dan lebih banyak pergi ke mal dibandingkan dengan kelas bawah. Mereka memiliki waktu luang lebih banyak dibandingkan dengan kelas menengah atas. Rata-rata pencari nafkah dari kelas ini bekerja 8 jam per hari, sedangkan kelas menengah atas bekerja 10 jam sehari.
Meskipun memiliki kecenderungan mengejar materi dan berusaha tampil modis demi mempertahankan identitas kelasnya, sesungguhnya kelas menengah lebih menampakkan gambaran psikologis tipe pemeluk teguh (believer) yang konvensional, memiliki kepercayaan tebal pada tradisi dan nilai-nilai keluarga, agama, masyarakat, serta kehidupan bernegara.
Kelas ini cenderung tidak berani mencoba sesuatu yang baru tanpa melihat terlebih dahulu bagaimana kelompok menengah ke atas melakukannya. Demikian juga dalam pembelian barang-barang, mereka cenderung memakai merek-merek yang sudah terkenal, dan baru mau coba-coba setelah betul-betul yakin banyak yang memakainya.
Gila karier
Sifat-sifat progresif dan keinginan untuk meraih kemajuan baru muncul di kelas menengah atas, tetapi sayangnya jumlahnya masih terlalu sedikit untuk dapat menjadi kekuatan pendorong perubahan sosial. Kelas menengah atas-lah yang sesungguhnya memiliki ciri-ciri paling menonjol dari sebuah kelas yang jauh berbeda dibanding kelas bawah, dan memiliki karakter khusus yang dapat dibedakan dengan kelas-kelas lainnya.
Kelas ini jumlahnya 1,7-5,5 persen, dan memiliki gaya hidup lebih mewah, menikmati kemakmuran setelah berjuang keras. Mereka adalah para pemilik usaha dengan jumlah karyawan 1-10 orang, para manajer, atau pegawai swasta setingkat supervisor tetapi bergaji besar. Pendidikan mereka rata-rata setingkat sarjana dan memiliki dorongan untuk selalu maju dalam karier.
Rata-rata kelas menengah atas termasuk ke dalam kelompok ”gila karier” (achiever). Tipe ini dicirikan oleh keinginan yang kuat untuk meraih kemajuan, berorientasi pada hasil, dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap keluarga. Dengan kemauan dan kebutuhan yang besar, mereka aktif berada di pasar barang-barang konsumsi kualitas atas. Bagi mereka, citra adalah penting sehingga kelas ini cenderung menyukai barang-barang yang dapat mengangkat prestise, dan menyenangi variasi dalam penggunaan waktu luangnya.
Kelompok profesional muda dari kelas menengah atas yang berusia di bawah 30 tahun menjadi pengunjung paling aktif pusat perbelanjaan. Mereka mendatangi mal beberapa kali dalam seminggu.