Sementara itu, kelas menengah atas yang berusia 46-55 tahun turut andil dalam menyumbang kemacetan di jalur-jalur wisata. Mereka menikmati hidup dengan rekreasi ke luar kota beberapa kali dalam sebulan. Kelompok usia ini pula yang paling banyak membaca koran setiap hari dengan cara berlangganan. Sebaliknya, kelompok muda 22 tahun ke bawah dari kelas ini hampir-hampir tidak suka mencari informasi dari televisi, tetapi mereka sangat aktif menelusurinya melalui internet.
Meskipun tampak menikmati kemewahan hidup dan rakus dalam mengonsumsi barang-barang penunjang gaya hidup kelas atas, pandangan politik kelas menengah dan menengah atas cenderung konservatif, menghargai otoritas dan ”status quo”. Terhadap berbagai permasalahan bangsa, mereka kritis menilai baik atau buruknya keadaan, tetapi belum tergerak untuk mengorganisasi diri untuk mengubahnya.
Kelas menengah dan menengah atas lebih menggantungkan harapan kepada kewenangan negara untuk memperbaiki apa yang buruk, mengambil jarak dengan problem-problem sosial, dan menempatkan dirinya sebagai ”penonton” berbagai peristiwa.
Kedua kelas ini hanya sebatas sebagai ”kelas penceloteh” yang ramai menanggapi sejenak tetapi ragu bertindak. Mereka adalah kelas pencinta sinetron yang selalu mengejar sensasi dan komedi. (Litbang Kompas)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.