Pak Wid, Pakar Minyak Berambut Gondrong

JAKARTA, KOMPAS.com - Enam bulan lalu Widjajono Partowidagdo dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Kini Tuhan berkehendak lain. Pria yang akrab disapa Pak Wid itu telah tiada saat mendaki gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/4/2012).

Widjajono Partowidagdo adalah Guru Besar Bidang Ekonomi dan Pengelolaan Lapangan Migas pada Fakultas Teknologi Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) Institut Teknologi Bandung. Dia merupakan dosen Manajemen dan Analisis Ekonomi Proyek Migas dan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Mineral, dan Lingkungan pada Program Studi Teknik Perminyakan ITB.

Kelahiran Magelang 16 September 1951 ini meraih gelar sarjana teknik dari Program Studi Teknik Perminyakan ITB pada 1975. Ia memperoleh gelar Master of Science (M.Sc) dalam bidang petroleum engineering pada 1980, lalu gelar M.Sc bidang operation research pada 1982, dan gelar MA dalam bidang ekonomi dengan judul tesis "An Energy Economy Model for Indonesia" dari University of Southern California (USC) pada 1986. Gelar Ph.D ia dapatkan dari universitas yang sama pada 1987 setelah merampungkan desertasi berjudul "An Oil and Gas Supply and Economic Model for Indonesia".

Selama berkarier di ITB, Pak Wid pernah menjabat sebagai Ketua Program Pasca Sarjana Studi Pembangunan ITB pada 1993-2004), Ketua Kelompok Keahlian Pemboran, Produksi dan Manajemen Migas Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral (kini dipecah menjadi FTTM dan FITB) pada 2005-2007. Ia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Komisi Permasalahan Bangsa dan Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung.

Di antara deretan wakil menteri saat ini, penampilan Widjajono terlihat paling sederhana, bahkan terkesan nyeleneh. Rambutnya dibiarkan panjang dan terurai seperti tak disisir. "Saya dulu ini anak kolong. Kalau soal rambut, saya potong dua bulan sekali. Tapi tumbuh lagi, tumbuh lagi," ucapnya seusai dilantik menjadi Wakil Menteri ESDM beberapa waktu lalu. Dengan penampilan seperti itu, Pak Wid tak pernah merasa canggung. Senyum lebar selalu merekah dari wajahnya.