JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan anggota Badan Anggaran DPR, Wa Ode Nurhayati, kembali membantah menerima suap Rp 6 miliar terkait pengalokasian dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (PPID) di kabupaten di Aceh.
Wa Ode mengatakan, dirinya selaku anggota biasa Banggar tidak berwenang menetapkan alokasi dana PPID. "Logikanya, masuk akalkah Wa Ode yang kecil dan tidak punya apa-apa ini mengalokasikan dan menetapkan angka-angka? Coba berpikir logis. Artinya buat saya, kalau saya calo, berarti ada bosnya calo dan pasti ada mbahnya calo," kata Wa Ode seusai menjalani pemeriksaan di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Selasa (14/2/2012).
Wa Ode diperiksa KPK terkait posisinya sebagai tersangka kasus dugaan suap PPID. Wa Ode mengatakan, jika memang dirinya makelar anggaran, dia pasti tidak bergerak sendirian. Ada campur tangan pimpinan Banggar DPR dalam kasus ini. "Saya tidak mungkin melakukan kegiatan itu sendirian kalau itu benar," ucap politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
Dalam kasus dugaan suap PPID, Wa Ode diduga menerima Rp 6 miliar dari pengusaha Fahd A Rafiq. Suap itu diberikan melalui pengusaha Haris Suharman sebagai imbalan atas upaya Wa Ode menjadikan tiga kabupaten di Aceh, yakni Pidie, Aceh Besar, dan Benar Meriah, masuk dalam daftar daerah penerima dana PPID. Wa Ode lantas mempertanyakan bukti yang menyebutkan bahwa dirinya pernah memperjuangkan penetapan alokasi dana PPID untuk tiga kabupaten tersebut.
"Logika memperjuangkan itu, Wa Ode nenteng proposal Aceh, bawa ke sekretariat, saya bawa ke pimpinan Banggar, lalu ke pemerintah. Itu logika memperjuangkan. Sekarang saya minta munculkan fakta-fakta itu, mulut Wa Ode ngomong di rapat Banggar kalau Aceh ini butuh uang, saya minta munculkan fakta itu," ujarnya.
Lagi-lagi dia mengatakan, dirinya tidak memiliki kewenangan untuk memperjuangan suatu daerah. Wa Ode menuding pimpinan Banggar DPR asal fraksi Partai Golkar, Melchias Markus Mekeng, bermain dalam kasus ini. Ia menduga kasus yang menjeratnya ini merupakan skenario kader-kader Partai Golkar.
"Saudara Haris (Surahman) kader dari tempat yang sama. Saudara Fahd kader dari tempat yang sama. Saudara Mekeng dari tempat yang sama. Saudara Nudirman kader di tempat yang sama. Kawan-kawanlah yang tafsirkan sendiri," kata Wa Ode. Semua nama yang disebut oleh Wa Ode itu merupakan kader Partai Golkar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.