Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tank Besar Makin Terisisih di Perang Modern

Kompas.com - 07/02/2012, 17:40 WIB
Iwan Santosa

Penulis

KOMPAS.com- Deretan bangkai tank raksasa (Main Battle Tank-MBT) menjadi besi tua adalah pemandangan tragis medan tempur modern pada Perang Arab-Israel dalam Perang Enam Hari (1967) dan Perang Yom Kippur (1973) hingga serangan Amerika-Sekutu terhadap Irak pada Perang Teluk I (Agustus 1990-Februari 1991) dan Perang Teluk II (Maret-Mei 2003).

Tank-tank raksasa itu dibantai tanpa pernah terlibat pertempuran melawan tank seperti di masa silam! Tank-tank raksasa milik Mesir dan Irak sekelas Tank Leopard yang diincar TNI AD tersebut dihancurkan karena mereka tidak memiliki perlindungan, yakni payung udara.

Perlindungan memadai dari satuan pesawat udara berupa jet tempur, helikopter tempur, artileri pertahanan udara (Arhanud) adalah syarat utama bagi sebuah negara sebelum memiliki tank raksasa atau tank tempur utama (MBT). Selain itu diperlukan jalan raya kualitas tinggi yang mampu menahan beban di atas 100 ton berat kendaraan.

Sebuah tank berat memiliki bobot di atas 60 ton dan mereka harus diangkut trailer pengangkut yang memiliki bobot di atas 20 ton.

Direktur Research Institute for Democracy and Peace (Ridep) Anton Ali Abbas yang ditemui di Imparsial menerangkan, jalanan di Ibukota Jakarta yang konon terbaik di Indonesia pun selalu rusak saat dilintasi tank-tank terberat Marinir TNI AL yang bobotnya sekitar 20-an ton. Belum lagi kondisi alam sangat menentukan sebuah MBT bisa digunakan secara efektif atau tidak.

Pengamat militer Andi Widjoyanto yang dihubungi, Selasa (31/1) lalu mengakui, pertempuran besar terakhir yang melibatkan perang sesama MBT terjadi semasa Perang Dunia II di Kursk (450 kilometer selatan Moskow). Ketika itu, 2.928 tank Jerman berhadapan dengan 5.128 tank Uni Soviet. Satuan tank tersebut di pihak Jerman Nazi didukung 2.110 pesawat, 9.966 meriam dan mortir, 780.900 prajurit. Sedangkan di pihak Uni Soviet, didukung 2.792 pesawat, 25.013 meriam dan mortir, serta 1.910.361 prajurit.

Pertempuran terjadi dalam dua babak, yakni serangan Jerman pada tanggal 5-16 Juli 1943 dan serangan balik Uni Soviet tanggal 12 Juli hingga 23 Agustus 1943. Akhirnya Jerman dikalahkan Uni Soviet.

Andi Widjoyanto menjelaskan, itulah kali terakhir terjadi perang besar tank melawan tank di medan benua daratan. Sejarah belum pernah mencatat terjadi perang tank melawan tank di negara kepulauan. Ada pun tank yang digunakan militer Jepang di bawah pimpinan Jenderal Tomoyoki Yamashita dalam serangan ke Malaya dan Singapura pada tahun 1941-1942 adalah tank ringan yang mampu melintasi jalan raya biasa dan hutan tropis.

Mencegat di Laut

Anton Ali Abbas yang juga alumni Universitas Pertahanan (Unhan) menerangkan lebih lanjut bahwa Indonesia tidak memiliki doktrin agresi, sehingga yang diperlukan adalah kemampuan mencegat musuh (intercept) tidak sampai masuk ke daratan di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

Nasional
Jokowi Ingin TNI Pakai 'Drone', Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan 'Drone AI'

Jokowi Ingin TNI Pakai "Drone", Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan "Drone AI"

Nasional
Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Nasional
Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Nasional
Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com