Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencopot Anas Bisa Memperbaiki Demokrat

Kompas.com - 08/01/2012, 21:00 WIB
Khaerudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Demokrat terkena imbas dari buruknya persepsi publik terhadap kinerja pemberantasan korupsi dan penegakan hukum pemerintah.

Sebagai penyokong utama pemerintah dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, elektabilitas Partai Demokrat menurun seiring dengan rendahnya kinerja pemerintah dalam pemberantasan korupsi dalam persepsi publik.

Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) tentang kepercayaan publik pada pemberantasan korupsi menunjukkan bahwa ada pengaruh besar dari penilaian rakyat terhadap kinerja pemerintah dalam pemberantasan korupsi terhadap nasib Partai Demokrat.

LSI mencatat, penilaian atas kinerja pemerintah ini bukan segala-galanya bagi kelangsungan Partai Demokrat, tapi akan sangat sulit bagi partai ini pada 2014 bila tak ada perbaikan kinerja pemerintahan dalam pemberantasan korupsi. Apalagi, Partai Demokrat juga tersandung korupsi mantan bendahara umumnya, Muhammad Nazaruddin.

Direktur Eksekutif LSI Dodi Ambardi menyatakan, bila tingkat elektabiltias Partai Demokrat tetap tinggi, sebaiknya pemerintah memang memperbaiki kinerjanya dalam pemberantasan korupsi. Tetapi Dodi juga menyebut cara lain untuk memperbaiki elektabilitas Partai Demokrat. Caranya? Dewan Pembina harus berani mencopot Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.

"Kalau kemudian dalam persepsi publik Anas itu bagian dari problem saya kira itu salah satu langkah (mencopot Anas dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat). Tetapi kan Anas jadi problem atau bukan, itu Dewan Pembina yang tahu. Di internal mereka seperti apa. Tetapi harus ditangani isu-isu yang kayak gitu, karena dia (Anas) adalah yang paling puncak di Demokrat paling tidak," kata Dodi.

Orang di luar Partai Demokrat mungkin melihat pencopotan Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat merupakan liability (kewajiban) partai tersebut karena mengusung tema kampanye pemberantasan korupsi, tetapi malah tersangkut kasus-kasus korupsi.

"Kalau sebagai orang luar mudah, kalau kita melihat itu liability, ya sudah sikat. Tapi kalau tidak ya harus dibela dong, dikelola dong. Ini kan problem Demokrat," katanya.

Namun Dodi melihat, dalam kasus ini, Anas tak dibela tetapi juga tak dicopot. "Wah kalau itu saya enggak tahu kenapa, tanyakan saja ke orang Demokrat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Nasional
    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Nasional
    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Nasional
    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Nasional
    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Nasional
    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    Nasional
    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Nasional
    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Nasional
    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Nasional
    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    Nasional
    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Nasional
    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Nasional
    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com