Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wakil Menteri, Bentuk Ketidakpercayaan Presiden kepada Para Menteri

Kompas.com - 17/10/2011, 16:25 WIB
R. Adhi Kusumaputra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Penunjukan wakil menteri yang terlalu banyak menegaskan ketidakpercayaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada para menteri. Para wakil menteri diyakini akan menjadi kaki tangan Presiden RI yang mengimbangi peran para menteri asal partai politik.

Ketua BP Setara Institute Hendardi, Senin (17/10/2011), mengatakan, penunjukan wakil menteri juga diduga beberapa di antaranya tidak memenuhi syarat administratif berdasarkan UU No 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara dan Perarturan Presiden No 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara.

Menurut Hendardi, perombakan anggota Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II sudah diprediksi bakal tidak akan banyak membawa perubahan bagi peningkatan kinerja. Selain mempertahankan sejumlah menteri berlatar belakang partai politik, juga ada penambahan per 17 Oktober, sudah 13 wakil menteri yang ditunjuk akan mendampingi para menteri.

"Penambahan wakil menteri yang sangat gemuk juga merupakan bentuk balas budi SBY atau mengamankan sejumlah orang yang dianggap dekat dan atau 'berjasa' kepada SBY. Karena inilah kesempatan terakhir untuk SBY melakukan konsolidasi kekuasaan dan berbagi jabatan bagi mereka yang dianggap loyal," kata Hendardi.

"Presiden menciptakan blunder politik baru dengan mengangkat wakil-wakil menteri yang amat gemuk dan tanpa didasari oleh pengkajian atas kebutuhan nyata. Sebenarnya sumber utama dari kelambanan KIB adalah para menterinya yang memang kurang kapabel dan kurang integritas. Karena itu, penambahan wakil menteri tidak akan menjawab persoalan kinerja kabinet," paparnya.

Hendardi menyebutkan, "Menteri-menteri yang nyata-nyata tidak berkinerja baik, seperti Menteri Hukum dan HAM, Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja, dan Menteri Perdagangan, jika tidak diganti, justru tetap akan menjadi beban bagi kabinet."

Ia menambahkan, bukan rahasia umum lagi bahwa sandera politik partai koalisi jelas sangat kuat melilit SBY karena kepemimpinan SBY yang tidak tegas dan hanya menyenangkan anggota partai koalisi dan safety secara politik, tetapi tidak sungguh-sungguh berorientasi para peningkatan keadilan, demokrasi, dan kesejahteraan yang menjadi visi politik SBY-Boediono saat berkampanye dulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

    Airin dan Ahmed Zaki Dekati PKB untuk Pilkada 2024

    Nasional
    Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

    Anggota DPR Diduga Terima THR dari Kementan, KPK: Bisa Suap, Bisa Gratifikasi

    Nasional
    Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

    Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

    Nasional
    Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

    Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

    Nasional
    Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

    Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

    Nasional
    Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

    Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

    Nasional
    Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

    Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

    Nasional
    Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

    Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

    Nasional
    KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

    KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

    Nasional
    Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

    Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

    Nasional
    Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

    Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

    Nasional
    Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

    Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

    Nasional
    Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat hingga 16 Tahun

    Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat hingga 16 Tahun

    Nasional
    Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

    Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

    Nasional
    Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

    Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com