JAKARTA, KOMPAS.com — Keputusan Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi harus menjadi pelajaran bagi komisi itu untuk lebih serius memberantas korupsi. Pimpinan KPK tidak boleh lagi 'main mata' dengan kelompok tertentu hingga perang melawan korupsi tidak tebang pilih.
"Selama ini kita tidak serius memberantas korupsi. Yang terjadi adalah (bermain) perang-perangan atau pedang-pedangan. Namun, korupsinya benar-benar terjadi," kata Bambang Soesatyo, anggota Komisi III DPR, Kamis (6/10/2011) di Jakarta.
Pernyataan ini disampaikan menanggapi hasil Komite Etik KPK yang menyatakan, empat pimpinan KPK, yaitu Busyro Muqoddas, M Jasin, Haryono, dan Chandra Hamzah, tidak melakukan pelanggaran etika ataupun pidana. Namun, putusan terhadap Chandra dan Haryono diambil tidak dengan bulat. Tiga dari tujuh anggota Komite Etik KPK menilai Chandra dan Haryono melakukan pelanggaran kode etik.
Pemeriksaan itu dilakukan terkait tudingan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin bahwa keempat pimpinan KPK itu telah melakukan pertemuan dengan dirinya dan orang lain.
Bambang menuturkan, sudah delapan tahun KPK berdiri, namun Indonesia masih menjadi juara korupsi di tingkat ASEAN maupun Asia Pasifik. "Ini karena KPK lebih banyak bertindak seakan seperti oknum polisi yang bersembunyi di balik pohon agar bisa menilang pengendara motor atau mobil yang tidak menaati rambu lalu lintas. Bukan mencegah agar pengendara tidak melakukan pelanggaran," ungkap Bambang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.