Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW: Komite Etik Harus Terbuka

Kompas.com - 27/07/2011, 17:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator Indonesia Corruption Watch, Danang Widoyoko, meminta Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi agar memeriksa unsur pimpinan KPK secara terbuka. Komite Etik bertugas memeriksa unsur pimpinan KPK yang mendapat tudingan M Nazaruddin, tersangka kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet SEA Games. Mereka yang dituding adalah Wakil Ketua KPK M Jasin dan Chandra M Hamzah.

"Sehingga bisa diamati publik," kata Danang saat dihubungi, Rabu (27/7/2011).

Sementara Komite Etik beranggotakan tiga unsur pimpinan KPK, yakni Ketua KPK Busyro Muqoddas dan dua wakilnya, Bibit Samad Riyanto serta Haryono Umar. Komite yang dipimpin penasihat KPK, Abdullah Hehamahua, itu juga beranggotakan unsur penasihat KPK dan masyarakat. Menurut Danang, unsur-unsur anggota Komite Etik yang turut melibatkan masyarakat sudah sesuai aturan.

"Kita beri kesempatan saja dulu komite ini bekerja," katanya.

Namun, kata Danang, yang terpenting bagi KPK adalah mengejar keterangan dari Nazaruddin terkait proyek wisma atlet itu.

"Ditangkap dulu Nazaruddin, diperiksa untuk kasus wisma atlet, sekalian diperiksa mengenai pernyataan tentang pejabat KPK," ungkap Danang.

Dalam menindaklanjuti tudingan Nazaruddin terhadap sejumlah pejabatnya, KPK membentuk Komite Etik yang akan bekerja efektif mulai pekan depan. Selain itu, pimpinan KPK memerintahkan Deputi Pengawasan Internalnya untuk memeriksa staf KPK yang juga dituding Nazaruddin, yakni Deputi Penindakan Ade Rahadja dan Juru Bicara KPK Johan Budi.

Ade dan Johan disebut pernah bertemu dengan Nazaruddin tahun lalu. Nazaruddin melalui media melancarkan sejumlah tudingan terhadap internal KPK. Dia menyebutkan bahwa Jasin dan Chandra merekayasa kasus wisma atlet karena berhubungan dekat dengan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.

Mantan anggota DPR itu juga menuding Ade dan Chandra bertemu dengan Anas dan menyepakati untuk tidak memeriksa Anas serta anggota DPR Fraksi Partai Demokrat, Angelina Sondakh dan Mirwan Amir. Sebagai gantinya, kata Nazaruddin, Anas menjanjikan kemudahan bagi Chandra dan Anas untuk melangkah sebagai pimpinan KPK periode berikutnya.

Terkait serangan Nazaruddin terhadap KPK itu, Danang mengatakan, hal tersebut merupakan ujian bagi KPK. Lembaga antikorupsi itu, lanjut Danang, harus memiliki sistem yang kuat agar tidak terpecah belah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

    Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

    Nasional
    Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

    Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

    Nasional
    Lemhannas Kaji Dampak Meninggalnya Presiden Iran dalam Kecelakaan Helikopter

    Lemhannas Kaji Dampak Meninggalnya Presiden Iran dalam Kecelakaan Helikopter

    Nasional
    Emil Dardak Sindir Batas Usia yang Halangi Anak Muda Maju saat Pemilu

    Emil Dardak Sindir Batas Usia yang Halangi Anak Muda Maju saat Pemilu

    Nasional
    Masyarakat Sipil Minta DPR Batalkan Pembahasan Revisi UU TNI karena Bahayakan Demokrasi

    Masyarakat Sipil Minta DPR Batalkan Pembahasan Revisi UU TNI karena Bahayakan Demokrasi

    Nasional
    Aksi Cepat Tanggap Kementerian KP Bantu Korban Banjir Bandang dan Longsor di Sumbar

    Aksi Cepat Tanggap Kementerian KP Bantu Korban Banjir Bandang dan Longsor di Sumbar

    Nasional
    Bertemu PBB di Bali, Jokowi Tegaskan Akar Konflik Palestina-Israel Harus Diselesaikan

    Bertemu PBB di Bali, Jokowi Tegaskan Akar Konflik Palestina-Israel Harus Diselesaikan

    Nasional
    Lemhannas: Transisi Kepemimpinan Jokowi ke Prabowo Relatif Mulus, Tak Akan Ada Gejolak

    Lemhannas: Transisi Kepemimpinan Jokowi ke Prabowo Relatif Mulus, Tak Akan Ada Gejolak

    Nasional
    Jokowi Sampaikan Dukacita atas Meninggalnya Presiden Iran

    Jokowi Sampaikan Dukacita atas Meninggalnya Presiden Iran

    Nasional
    Laporkan Dewas KPK yang Berusia Lanjut ke Bareskrim, Nurul Ghufron Tak Khawatir Dicap Negatif

    Laporkan Dewas KPK yang Berusia Lanjut ke Bareskrim, Nurul Ghufron Tak Khawatir Dicap Negatif

    Nasional
    Bertemu Presiden Fiji di Bali, Jokowi Ajak Jaga Perdamaian di Kawasan Pasifik

    Bertemu Presiden Fiji di Bali, Jokowi Ajak Jaga Perdamaian di Kawasan Pasifik

    Nasional
    Saat Revisi UU Kementerian Negara Akan Jadi Acuan Prabowo Susun Kabinet, Pembahasannya Disebut Kebetulan...

    Saat Revisi UU Kementerian Negara Akan Jadi Acuan Prabowo Susun Kabinet, Pembahasannya Disebut Kebetulan...

    Nasional
    Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Dewas KPK Ke Bareskrim Polri Atas Dugaan Pencemaran Nama Baik

    Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Laporkan Dewas KPK Ke Bareskrim Polri Atas Dugaan Pencemaran Nama Baik

    Nasional
    Marinir Ungkap Alasan Tak Bawa Jenazah Lettu Eko untuk Diotopsi

    Marinir Ungkap Alasan Tak Bawa Jenazah Lettu Eko untuk Diotopsi

    Nasional
    MK: Tak Ada Keberatan Anwar Usman Adili Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya di PTUN

    MK: Tak Ada Keberatan Anwar Usman Adili Sengketa Pileg yang Libatkan Saksi Ahlinya di PTUN

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com