Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Urusi Nazaruddin, SBY Hanya Buang Energi

Kompas.com - 12/07/2011, 12:17 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Pramono Anung menilai, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebenarnya tak perlu terlalu jauh melibatkan dirinya dalam mengurusi berbagai masalah menyangkut Partai Demokrat terutama mengenai Nazaruddin. Presiden, kata Pramono, dipilih untuk mengurusi rakyat, bukan Nazaruddin. Hal ini ia katakan dengan merujuk pada pidato Presiden pada Senin (12/7/2011) malam mengenai Partai Demokrat dan Nazaruddin di Cikeas.

"Saya melihat sebenarnya, dalam dirinya (Presiden Yudhoyono) melekat statusnya sebagai seorang figur presiden. Tetapi, dalam tiga bulan terakhir ini energi kita terlalu banyak terbuang dalam hal-hal yang tidak produktif. Salah satunya persoalan yang menyangkut Nazaruddin. Kalau kemudian Presiden lebih banyak mengurusi printil-printil yang kecil-kecil begitu, ya akhirnya energinya terbuang dan itu kasihan rakyat, kasihan Pak SBY juga," ujar Pramono di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (12/7/2011).

Menurut Pramono, kini momentum perekonomian tengah menunjukkan perkembangan yang baik, tapi terabaikan karena Presiden seolah-olah fokus mengurusi permasalahan Nazaruddin dan kepartaian.

"Momentum ekonomi kita sedang bagus-bagusnya, indeks kita sedang bagus, kemudian cadangan devisa bagus, tapi momentum ini tidak termanfaatkan secara baik oleh bangsa kita. Saya mendorong Pak SBY untuk hal yang berkaitan dengan Nazar sudah tak perlu ditanggapi lagi. Beliau ini kan melekat sebagai Presiden, keresahan Pak SBY itu juga akan memberikan dampak pada pasar," ujarnya.

Pramono bertutur, setiap partai memiliki mekanisme penyelesaian masalah secara internal. Oleh karena itu, Presiden diharapkan bisa bersama partainya membahas masalah Nazaruddin cukup secara internal.

"Harapan saya secara pribadi semoga ini segera diselesaikan. Masalah-masalah partai juga pernah dialami partai lain dan tentunya semua partai mempunyai mekanisme penyelesaian sendiri-sendiri. Kalau Presiden terus mengurusi soal Nazaruddin, akhirnya beban risikonya dan dampaknya tidak hanya di internal Demokrat tetapi juga bangsa karena beliau sebagai kepala negara. Itu yang paling saya khawatirkan," ucap Pramono.

Seperti yang diketahui, malam tadi Presiden Yudhoyono menggelar jumpa pers di Cikeas, Jawa Barat, setelah mengadakan pertemuan khusus dengan unsur pimpinan Demokrat. Ia menuturkan mengenai berbagai masalah yang tengah bergejolak dalam partainya akibat sepak terjang mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin yang menyebarkan sejumlah tudingan negatif terhadap para petinggi dan sejumlah politisi Partai Demokrat.

Salah satu poin dalam jumpa pers itu, Presiden Yudhoyono memberi komentar mengenai tudingan yang disebut disampaikan Nazaruddin melalui BBM. Dalam pesan BBM yang beredar luas itu disebutkan, Anas berniat menggulingkan SBY dan putranya Ibas dari Demokrat. Yudhoyono menolak keras pernyataan tersebut.

"Ini bertentangan dengan akal sehat dan kenyataan alias berita itu bohong besar. Ini sungguh cara-cara dan intrik politik yang tak bertanggung jawab," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

    Nasional
    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

    Nasional
    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

    Nasional
    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

    Nasional
    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

    Nasional
    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

    Nasional
    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

    Nasional
    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

    Nasional
    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

    Nasional
    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

    Nasional
    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

    Nasional
    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

    Nasional
    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

    Nasional
    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com