Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Kekayaan Alam dan Sarang Penyakit

Kompas.com - 14/05/2011, 03:59 WIB

Diare sebagai penyakit yang muncul akibat kebiasaan hidup tidak sehat mencapai 2.568 kasus. Bahkan, di Asmat juga masih ada penyakit yang seharusnya sudah tidak ada lagi, yaitu kusta. Survei Dinas Kesehatan Asmat pada Oktober 2010 menunjukkan ada 15 orang penderita kusta di Kampung Momogu, Sawa Erma.

Bukan tidak mungkin jumlah tersebut kini lebih banyak lagi karena kusta merupakan penyakit menular. Apalagi apabila tidak cepat ditangani. Dinas Kesehatan Asmat juga menemukan penderita kusta di beberapa distrik lain. Penyakit pencernaan, seperti gastritis atau maag, juga masih banyak diidap. Selama 2010, sebanyak 1.062 orang menderita ganstritis berobat ke RSUD Agats.

Penyebaran HIV/AIDS juga tergolong sangat cepat. Pada tahun 2006 tercatat satu orang terinfeksi. Empat tahun berikutnya, tahun 2010, jumlah penderita HIV/AIDS tercatat sudah mencapai 41 orang. Penyakit ini diperkirakan masuk ke Asmat dari Merauke dan Timika.

Penyakit HIV/AIDS dikhawatirkan akan meledak akibat masih adanya budaya pertukaran istri di kalangan masyarakat suku Asmat. Kasus-kasus seks di luar nikah pun bukan hal baru sehingga dikhawatirkan mempercepat penularan penyakit mematikan ini.

Jumlah penderita beragam penyakit itu diperkirakan lebih banyak lagi. Sebagian masyarakat Asmat masih percaya dengan pengobatan dukun sehingga tidak berobat ke puskesmas dan RSUD. Penyakit mereka pun tidak terdata Dinas Kesehatan Agats.

Di samping itu, sulitnya transportasi dari kampung menuju Agats membuat tidak semua warga yang sakit bisa pergi berobat ke Agats. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Agats menerapkan kebijakan menggratiskan biaya pengobatan bagi warga asli Asmat.

Menurut Riechard R Mirino, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Asmat, tingginya jumlah penderita penyakit-penyakit menular dipengaruhi pola hidup tidak sehat sebagian masyarakat Asmat.

Contohnya, jumlah penderita penyakit diare selalu tinggi karena kesadaran warga terhadap kebersihan lingkungan masih rendah.

Masyarakat di Kota Agats biasa membuang aneka sampah ataupun buang air besar di sembarang tempat. Kota Agats yang berawa dan berlumpur dengan air pasang surut, menjadikan kotoran tersebut cepat menyebar yang memudahkan penularan penyakit.

”Kami sudah berupaya mengobati penderita kusta. Ada tenaga medis yang dikirim ke sana. Mereka diberi obat, tetapi kami kesulitan karena warga sering tidak ada di rumah, pergi ke hutan. Padahal, untuk penyembuhan kusta, pasien harus minum obat secara rutin selama enam bulan,” ungkap Riechard R Mirino.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com