Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pancasila Harus Jadi Pil Penawar

Kompas.com - 30/04/2011, 13:59 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) makin membuat cemas masyarakat karena konsep negara Islam yang dicita-citakan di dalam negara Indonesia. Untuk mempertahankan pemahaman yang benar tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila menjadi suatu yang dinilai penting saat ini.

Pengamat intelijen Wawan H Purwanto mengatakan pendekatan yang dilakukan untuk meredam nilai-nilai penipuan ala NII tak bisa dilakukan dengan kekerasan. Gerakan NII harus dilawan pendekatan hukum dan kontraideologi, baik oleh keluarga, institusi pendidikan dan pemerintah.

"Tapi yang terpenting adalah kontraideologi. Sekarang banyak orang malu mengakui Pancasila sebagai dasar negara. Itu katanya produk Orba, padahal Pancasila sudah ada sebelum Indonesia berdiri. Oleh karena itu, saya kira kontraideologi melalui Pancasila ini bisa jadi obat penawarlah dari gerakan masif NII yang sekarang mencuat. Tak perlu digebuk-gebuk. Ini tugas kita semua," katanya dalam diskusi Polemik di Warung Daun Cikini, Sabtu (30/4/2011).

Menurut Wawan, pemahaman Pancasila harus kembali digelorakan karena ini menjadi alat pemersatu bangsa dalam mempertahankan keutuhan NKRI. Pendekatan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila juga harus dilakukan dengan lebih 'soft' supaya terbawa dalam perilaku dan pola pikir masyarakat.

Direktur Eksekutif Moderate Muslim Society Zuhairi Misrawi mengatakan penanaman yang kuat tentang nilai-nilai UUD 1945 dan Pancasila bisa menjadi salah satu upaya deradikalisasi dalam masyarakat.

"Saya kira ini tugas pemerintah untuk memberikan pemahaman UUD 1945 kepada seluruh warga negara terutama dalam usia yang sangat muda, sejak TK misalnya. Kegelisahan saya, di TK kan tak pernah kita dengar diajarkan Pancasila. Menanamkan nilai Pancasila harus sejak dini. Bagi kalangan mahasiswa, perdebatan tentang lahirnya Pancasila itu menjadi menarik. Jadi kita bisa mengerti proses-prosesnya. Radikalisme itu hasil kombinasi antara alienasi politik dan radikalisme agama yang ekstrim," katanya.

Selain itu, Misrawi juga mencatat radikalisasi agama juga muncul karena persoalan kemiskinan dan ketidakadilan. Oleh karena itu, pemerintah harus segera melakukan penataan dalam melayani masyarakat dan DPR harus juga mendukungnya. Langkah-langkah nyata dalam penyusunan RUU terkait jaminan sosial dapat menjadi salah satu upaya deradikalisasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Anggota DPR-nya Minta KPU Legalkan Politik Uang, PDI-P: Itu Ungkapan Kejengkelan

    Anggota DPR-nya Minta KPU Legalkan Politik Uang, PDI-P: Itu Ungkapan Kejengkelan

    Nasional
    Meski Urus 'Stunting', BKKBN Belum Dilibatkan dalam Program Makan Siang Gratis Prabowo

    Meski Urus "Stunting", BKKBN Belum Dilibatkan dalam Program Makan Siang Gratis Prabowo

    Nasional
    Rakernas PDI-P Bakal Bahas Tiga Topik, Termasuk Posisi Politik terhadap Pemerintahan Prabowo

    Rakernas PDI-P Bakal Bahas Tiga Topik, Termasuk Posisi Politik terhadap Pemerintahan Prabowo

    Nasional
    Sejumlah Kader PDI-P yang Potensial Diusung dalam Pilkada Jakarta: Ahok, Djarot hingga Andika Perkasa

    Sejumlah Kader PDI-P yang Potensial Diusung dalam Pilkada Jakarta: Ahok, Djarot hingga Andika Perkasa

    Nasional
    Kemenag Ingatkan Jemaah Umrah Indonesia di Arab Saudi Segera Pulang Agar Tak Dideportasi

    Kemenag Ingatkan Jemaah Umrah Indonesia di Arab Saudi Segera Pulang Agar Tak Dideportasi

    Nasional
    Bareskrim Segera Kirim Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang ke Kejaksaan

    Bareskrim Segera Kirim Berkas Perkara TPPU Panji Gumilang ke Kejaksaan

    Nasional
    Hapus Kelas BPJS, Menkes: Yang Kaya, yang Miskin, Semua Terlayani

    Hapus Kelas BPJS, Menkes: Yang Kaya, yang Miskin, Semua Terlayani

    Nasional
    26.477 Jemaah Haji Indonesia Sudah Berada di Madinah

    26.477 Jemaah Haji Indonesia Sudah Berada di Madinah

    Nasional
    Kejagung Sita Rumah Mewah di Summarecon Serpong terkait Kasus Korupsi Timah

    Kejagung Sita Rumah Mewah di Summarecon Serpong terkait Kasus Korupsi Timah

    Nasional
    Pimpinan Komisi X DPR Setuju 'Study Tour' Dilarang: Kalau ke Tempat Wisata, Itu Namanya 'Healing'

    Pimpinan Komisi X DPR Setuju "Study Tour" Dilarang: Kalau ke Tempat Wisata, Itu Namanya "Healing"

    Nasional
    Ikrar Nusa Bhakti Sebut Pemerintahan Prabowo-Gibran Bakal Sibuk jika DPA Dihidupkan Lagi karena...

    Ikrar Nusa Bhakti Sebut Pemerintahan Prabowo-Gibran Bakal Sibuk jika DPA Dihidupkan Lagi karena...

    Nasional
    Airlangga Sebut Pemerintah Segera Evaluasi Kebijakan Subsidi Energi

    Airlangga Sebut Pemerintah Segera Evaluasi Kebijakan Subsidi Energi

    Nasional
    Gubernur Malut Diduga Beli Aset Pakai Uang dari Pengusaha Tambang

    Gubernur Malut Diduga Beli Aset Pakai Uang dari Pengusaha Tambang

    Nasional
    Eks Hakim Konstitusi: Revisi UU MK Ancam Kemerdekaan Kekuasaan Kehakiman

    Eks Hakim Konstitusi: Revisi UU MK Ancam Kemerdekaan Kekuasaan Kehakiman

    Nasional
    Kemenag: Jemaah Umrah yang Nekat Ibadah Haji Terancam Dilarang ke Arab Saudi 10 Tahun

    Kemenag: Jemaah Umrah yang Nekat Ibadah Haji Terancam Dilarang ke Arab Saudi 10 Tahun

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com