JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X menyadari bahwa wajah demokrasi Indonesia berubah ketika pembahasan tentang keistimewaan Yogyakarta yang akan dituangkan dalam UU dimulai kembali. Sultan menilai, wajah demokrasi di Indonesia mulai kebarat-baratan sehingga menafikan ciri demokrasi Indonesia sebenarnya, yaitu prinsip kekeluargaan dan sila keempat Pancasila, 'kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan'.
"Saat ini ada semacam hegemony of meaning yang mendefinisikan bahwa satu-satunya metode rekrutmen yang demokratis melalui pemilihan secara langsung. Euforia pemilihan telah meminggirkan kekhasan demokrasi Indonesia yang berbasis pada prinsip kekeluargaan. Wajah demokrasi Indonesia serta-merta bermetamorfosa menjadi weternistik (kebarat-baratan)," papar Sultan di depan anggota Komisi II DPR RI, Selasa (1/3/2011).
Menurut Sultan, demokrasi merupakan dimensi humanitas atau kebudayaan yang dapat berubah dari waktu ke waktu. Substansi demokrasi seharusnya selalu dijaga agar memuat nilai-nilai dan prinsip dasar dari perilaku budaya masyarakat sebagai tempat diselenggarakannya demokrasi itu.
Sultan mengakui dan menyadari, banyak pihak yang menilai bahwa segala yang selama ini berjalan di DI Yogyakarta sudah tidak sesuai dengan tantangan zaman dan demokratisasi. Namun, dengan merujuk pada filosofi vox populi vox dei, Sultan mengatakan, ukuran demokrasi seharusnya berpijak pada kepentingan dan kehendak rakyat.
"Bila melihat realita dinamika mayarakat DIY yang sebagian besar masih menginginkan praktik yang telah berjalan selama ini tetap dipertahankan, maka seharusnya keinginan tersebut diakomodasikan. Dalam perspektif ini, demokrasi tidak semata-mata berbicara mengenai kebebasan memilih dan dipilih, tetapi demokrasi harus bisa mengakomodir aspirasi rakyat," tandasnya.
Oleh karena itu, Sultan menilai bahwa pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur DIY selama ini dapat dikatakan telah berjalan demokratis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.