Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyeksi Politik PKB 2014

Kompas.com - 31/01/2011, 10:00 WIB

Dengan bergabung ke Setgab, apa manfaat yang diperoleh PKB? Dengan adanya Setgab, menteri-menteri PKB, yang tidak memiliki dukungan besar di DPR, bisa bekerja lebih tenang. Tidak diganggu dan didukung parpol anggota Setgab. Kalau dulu habis waktu di DPR. Sekarang dengan adanya Setgab, kami tidak terganggu oleh aktivitas politik di DPR.

Selain itu, kami berharap cita-cita awal stabilitas politik terjaga dengan baik, solid, sinergis, berjalan. Itu yang setahun awal ini belum sepenuhnya terjadi. Contohnya kinerja pemerintahan pada 100 hari pertama, setengah tahunan, dan satu tahun, tidak terlampau kelihatan karena hiruk-pikuk politik begitu dominan, baik di parlemen maupun di media massa.

Manfaat dengan bergabung di Setgab tentu tidak langsung. Tetapi, dengan adanya Setgab, ide-ide PKB masuk, baik yang konseptual maupun penentuan keputusan politik. Termasuk dalam semua undang-undang, semua ide PKB bisa dititipkan. Itulah keuntungan paling konkret, semua pemikiran PKB bisa dititipkan di Setgab. Kalau ada kritik di internal Setgab, itu biasa. Justru yang agak berbeda pendapat soal RUU Pemilihan Umum.

Model pembahasan di Setgab sebetulnya bagaimana?

Misalnya saat membahas RUU Keistimewaan DI Yogyakarta, saya dapat laporan, Menteri Dalam Negeri menyampaikan RUU DIY, semua partai menanggapi. Lalu, disepakati dua hal. Pertama, mengkaji lebih dalam atau meredakan ketegangan dengan mengendapkan pikiran. Kedua, dibentuk tim. Jadi, pembahasan di Setgab itu bersifat tematis.

Bukankah itu oligarkis? Sejauh ini yang menjadi bahan pembicaraan pada hal-hal tertentu, tidak semua. Sejauh yang saya amati tidak kemudian mengganggu perdebatan di DPR. Bahkan, beberapa kasus, di Setgab selesai, di DPR tidak selesai. Artinya, Setgab justru menjadi sarana ketika di DPR tidak ada titik temu, di Setgab bisa terjadi titik temu.

Sejauh yang saya amati, potensi oligarki belum kelihatan. Karena itu, sejauh mungkin justru saya ingin meletakkan Setgab sebagai tempat penjernihan, klarifikasi, agar politik tidak terlampau liar dan mengganggu proses-proses pemerintahan.

Wapres Boediono selalu menyatakan demokrasi harus menghasilkan kesejahteraan. Bagaimana Anda mewujudkannya di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi? Ada yang paling nyata, apabila demokrasi sebagai prosedur pengambilan keputusan tidak berbelit-belit, sebagai eksekutif saya merasakan cepat. Misalnya pembahasan anggaran atau pembahasan undang-undang, sehingga kebutuhan kita terhadap perubahan undang-undang tidak berlarut-larut.

Jadi, dalam konteks demokrasi dan kesejahteraan, bagaimana prosedur demokrasi menambah kekuatan dukungan pada pilihan-pilihan percepatan pembangunan. Kedua, dalam persaingan politik atau proses politik, memberi keleluasaan waktu dan keleluasaan kiprah secara lebih dalam.

Namun, keinginan saya, Setgab harusnya mampu membuat prioritas-prioritas. Misalnya politik anggarannya, anggaran untuk pembangunan yang langsung dirasakan rakyat. Posisi strategis Setgab harusnya di situ. Namun, sekarang masih berdasarkan tema yang aktual saja. Sekarang, kan, semuanya mau diraih. Dalam Program Legislasi Nasional, maunya kan semuanya dibahas. Harusnya dibuat prioritas yang diputuskan di Setgab.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

    Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

    Nasional
    Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

    Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

    Nasional
    PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

    PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

    Nasional
    Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

    Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

    Nasional
    Polri Tangkap 3 Tersangka 'Ilegal Fishing' Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

    Polri Tangkap 3 Tersangka "Ilegal Fishing" Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

    Nasional
    PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

    PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

    Nasional
    Kesaksian JK dalam Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

    Kesaksian JK dalam Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

    Nasional
    DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

    DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

    Nasional
    Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

    Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

    Nasional
    Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

    Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

    Nasional
    Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

    Hadir di Dekranas Expo 2024, Iriana Jokowi Beli Gelang dan Batik di UMKM Binaan Pertamina

    Nasional
    Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

    Jokowi Ucapkan Selamat ke PM Baru Singapura Lawrence Wong

    Nasional
    Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

    Seputar Penghapusan Kelas BPJS dan Penjelasan Menkes...

    Nasional
    Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

    Konflik Papua: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

    Nasional
    Para 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

    Para "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah serta Deretan Aset yang Disita

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com