Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbagai Bencana Alam Masih Menanti

Kompas.com - 03/01/2011, 09:54 WIB

Tak terprediksi

Di luar bencana hidrometeorologi, masih banyak bencana tak terprediksi yang menimpa Indonesia pada 2010, seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi.

Dari ratusan gempa yang terjadi setahun lalu, tercatat tujuh gempa merusak. Gempa terbesar yang menimbulkan korban jiwa terbanyak terjadi di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, pada 25 Oktober dengan kekuatan 7,7 Magnitude dan kedalaman 20,6 kilometer yang memicu tsunami di tiga lokasi antara 3 meter dan 7 meter. Gempa dan tsunami ini menewaskan 428 orang dan 74 orang lainnya hilang.

”Masyarakat yang berada di sekitar wilayah bekas gempa diharapkan selalu mewaspadai munculnya gempa dengan skala lebih besar. Kita tidak pernah tahu kapan akan terjadi,” kata Surono.

Untuk letusan gunung berapi, yang terdahsyat adalah Gunung Merapi. Erupsi hebat pada 26 dan 30 Oktober serta 3 dan 5 November menyebabkan 386 orang meninggal dunia dan 399.408 orang lainnya mengungsi.

Setelah Merapi meletus, tercatat 19 gunung api menggeliat. Ancamannya diperkirakan masih terus berlangsung pada 2011. Selain Merapi, gunung api yang berstatus siaga hingga kini adalah Gunung Ibu di Halmahera, Maluku Utara, dan Gunung Bromo di Jawa Timur. Sebanyak 17 gunung api lainnya berlevel waspada.

Kepala Bidang Pengamatan Gunung Api PVMBG Toto Hendrasto mengatakan, Gunung Bromo, Krakatau (Lampung), Dukono (Maluku Utara), Ibu, dan Merapi masih akan beraktivitas hingga tahun ini. Karena itu, butuh kewaspadaan dan kesiapsiagaan bagi pemerintah dan masyarakat sekitarnya.

”Kerja sama antarmasyarakat bisa menekan potensi bahaya yang bisa menyebabkan korban jiwa,” ujarnya.

Tak pernah siap

Wakil Ketua Kelompok Kerja Adaptasi, Dewan Nasional Perubahan Iklim Armi Susandi mengatakan, meski sebagian besar bencana yang terjadi dapat diprediksi jauh-jauh hari, upaya antisipasi pemerintah sangat kurang. ”Pemerintah hanya siap menangani bencana, tetapi tidak siap mengantisipasinya,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com