Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wakil Rakyat Kok Malah Tak Acuhkan Rakyat...

Kompas.com - 20/11/2010, 13:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kisah perilaku rombongan anggota Komisi V DPR RI yang menelantarkan bahkan cenderung meremehkan rombongan tenaga kerja Indonesia di bandara Dubai pascastudi banding ke Rusia mencerminkan orientasi para anggota Dewan ketika duduk di kursi panas DPR RI. Padahal, mereka menerima mandat sebagai wakil rakyat.

Pengamat parlemen dari Formappi, Sebastian Salang, mengatakan, idealnya anggota Dewan adalah orang-orang pilihan untuk menjadi wakil rakyat untuk melaksanakan tugas pengabdian yang mulia. Seharusnya pula mereka adalah orang-orang baik, tutur katanya santun, rela berkorban demi orang lain, jujur, tidak korup, dan tidak menumpuk harta demi keluarga. Pendeknya, mereka adalah orang terhormat.

Menurutnya, menjadi anggota Dewan merupakan panggilan untuk menjalankan tugas pengabdian demi rakyat yang diwakili. Bukan sebaliknya, meminta dihormati dan dilayani. "DPR kita masih jauh dari itu, bahkan menjadi wakil rakyat hanya demi kenikmatan diri, mencari peluang bisnis, mencari perlindungan diri dari jerat hukum," ungkapnya kepada Kompas.com, kemarin.

Karena itulah, lanjut Sebastian, perhatian dan orientasi wakil rakyat bukan lagi pengabdian untuk rakyat. Maka, tak heran jika anggota Dewan justru meremehkan warga negara biasa yang ditemuinya seperti yang terjadi di bandara di Dubai atau tetap melaksanakan studi banding plus pelesiran saat rakyat di Papua, Mentawai, dan kawasan Merapi ditimpa bencana.

Etika memang masalah pribadi. Namun, dalam berinteraksi, nilai etika menjadi sangat berharga. Sebagai wakil rakyat, ada aturan soal etikanya. Di DPR RI, Badan Kehormatan mengakomodasinya.

BK harus turun tangan

Menanggapi kejadian di bandara di Dubai, Ketua BK DPR RI Gayus Lumbuun mengatakan, anggota Dewan seharusnya menyadari etika dalam berinteraksi tidak hanya apa yang diatur dalam tatib dan kode etik. "Tetapi ada etika deskriptif yang menurut pandangan masyarakat perilaku anggota Dewan tersebut tidak patut untuk dilakukan," katanya.

Untuk itu, Gayus mendorong masyarakat yang keberatan dengan perilaku anggota Dewan untuk melaporkannya langsung ke BK DPR RI.

Anggota Komisi V DPR RI, Imam Nahrawi, menegaskan, Badan Kehormatan DPR RI perlu turun tangan untuk memanggil rekan-rekan sekomisinya yang diduga melakukan penelantaran. "Saya kira BK perlu panggil semua yang berangkat itu. Kita siap. Biar terbuka. Jangan sampai semua anggota Dewan kena. Ya sekaligus minta maaf kepada masyarakat dan TKW-TKW kalau memang salah," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

    DKPP Sebut Anggarannya Turun saat Kebanjiran Kasus Pelanggaran Etik

    Nasional
    Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

    Lima Direktorat di Kementan Patungan Rp 1 Miliar Bayari Umrah SYL

    Nasional
    DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

    DKPP Terima 233 Aduan Pelanggaran Etik, Diprediksi Terus Bertambah Jelang Pilkada

    Nasional
    KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

    KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

    Nasional
    Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

    Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

    Nasional
    Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

    Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

    Nasional
    Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

    Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

    Nasional
    MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

    MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

    Nasional
    Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

    Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

    Nasional
    Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

    Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

    [POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

    Nasional
    Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

    Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

    Nasional
    Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

    Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com