KOMPAS.com — Sangat jarang ditemukan dalam catatan kriminal konvensional, belasan pelaku merampok bank dengan senjata serbu, seperti senjata AK-47 atau M16. Misalnya, dalam kasus perampokan Bank CIMB di Medan, Sumatera Utara, pelaku menggunakan senjata serbu jenis AK-47.
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri pun mengungkapkan bahwa belasan tersangka pelaku perampokan di Bank CIMB itu terkait jaringan terorisme. Akhir pekan lalu, aksi perampokan juga terjadi di Padang, Sumatera Barat. Pihak Polri belum dapat memastikan siapa belasan pelaku bersenjata itu.
Pertanyaan yang cukup menggugah adalah dari mana sebenarnya asal-usul senjata serbu yang digunakan para pelaku? Beberapa kemungkinan pun dapat diungkap, misalnya dari bekas daerah konflik, penyelundupan senjata dari luar negeri, atau dari senjata TNI/Polri yang ”kebobolan”.
Akan tetapi, saat ini memang tidak sulit mendapatkan senjata serbu. Hal itu setidaknya terlihat dari tawaran-tawaran yang ada di dunia maya.
Misalnya, di situs handphone-murah.com terdapat tawaran pembelian senjata serbu AK-47, M16, pistol Colt 38, dan pistol Beretta M9.
Harga senjata serbu AK-47 Rp 5 juta, harga senjata M16 Rp 6 juta, pistol Colt 38 Rp 2 juta, dan pistol Beretta Rp 3 juta.
Jika para tersangka perampok di Bank CIMB Medan sebagai jaringan teroris dapat merampok Rp 200 juta, uang sebesar itu dapat digunakan untuk membeli 40 senjata AK-47 dan 33 senjata M16.
Uang Rp 200 juta itu juga dapat digunakan untuk membeli pistol—jika rata-rata Rp 3 juta per unit—sebanyak 66 unit. Dengan asumsi, tersangka perampokan di Bank CIMB itu telah merampok beberapa tempat dengan hasil perampokan lebih dari Rp 200 juta, tentu lebih banyak senjata yang dapat dibeli.
Senjata yang dapat dibeli dari hasil perampokan oleh kelompok jaringan teroris di Bank CIMB cukup ”lumayan” untuk membeli senjata dan membangun kekuatan kelompok bersenjata.
Terkait aksi pembobolan tiga ATM bank di Padang, menurut Kepala Dinas Penerangan Umum Polri Komisaris Besar Marwoto Soeto, perampokan itu diduga dilakukan kelompok teroris karena mempunyai modus yang sama dengan perampokan di Medan.
Penggunaan senjata oleh tersangka perampok memang mengkhawatirkan. Senjata-senjata itu dapat juga digunakan untuk menyerang target-target lain yang diinginkan, seperti polisi yang menjaga bank atau petugas satpam.
Peredaran senjata api
Penggunaan senjata dalam aksi perampokan itu menunjukkan peredaran senjata di dalam negeri semakin marak. Selama ini asal-usul senjata banyak disebut-sebut berasal dari daerah konflik. Selain itu, senjata-senjata itu juga bisa berasal dari negara lain, seperti Filipina selatan. Bahkan, dari informasi, kelompok teroris juga mulai membuka hubungan komunikasi dan jalur logistik senjata ke Thailand selatan.
Terkait dengan peredaran senjata itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai mengatakan, selain dari luar, senjata-senjata juga dapat berasal dari dalam negeri, seperti senjata TNI/Polri yang kebobolan.
Perampokan bersenjata yang diduga dilakukan jaringan kelompok teroris, seperti yang disampaikan Kapolri, memang dapat mengancam keamanan negara dan Negara Kesatuan RI. Apalagi, salah satu tersangka perampok adalah tokoh teroris, seperti Abu Tholut yang memiliki keahlian khusus.
Abu Tholut diketahui sebagai eks komandan Askari Jemaah Islamiyah, alumnus pelatihan di Afganistan, mendirikan kamp di Filipina selatan, dan melaksanakan latihan militer di Aceh.
Hasil perampokan yang diperoleh kelompok teroris digunakan untuk beberapa pergerakan atau logistik ”berperang”. Dengan modal itu, para teroris pun dapat membeli senjata dan bahan peledak.
Selain itu, dengan modal yang diperoleh, kelompok teroris juga mampu terus membangun jaringan di dalam negeri dan luar negeri untuk memperkuat pergerakan atau peperangan.
Dengan hasil rampasan yang diperoleh, tidak sulit bagi para tersangka kasus terorisme melakukan mobilitas yang tinggi, termasuk membeli atau menyewa kendaraan untuk beraksi. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, para kelompok teroris mampu melakukan pergerakan ke luar negeri.
Kini, aparat kepolisian terus memburu para tersangka yang belum tertangkap dalam kasus perampokan Bank CIMB Medan, penembakan anggota polisi Polsek Hamparan Perak, dan perampokan tiga ATM di Padang.
Yang jelas, maraknya peredaran dan penjualan senjata api serta perampokan bersenjata akhirnya jelas membuat masyarakat takut dan cemas terhadap keamanan di negara ini. Maraknya peredaran senjata juga memperlihatkan pasar dan bisnis gelap senjata semakin subur. Pemerintah harus serius mencegah peredaran dan penjualan senjata dengan langkah-langkah yang strategis.
Tanpa upaya mencegah peredaran senjata dan pemasukan senjata, pemberantasan terorisme juga kurang membuahkan hasil. (Ferry Santoso)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.