Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY: Pemekaran Solusi, Bukan Masalah

Kompas.com - 14/07/2010, 16:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, pemerintah telah menuntaskan desain besar kebijakan strategis terkait pemekaran daerah. Desain itu sudah termasuk berapa jumlah penambahan daerah baru yang sesuai dengan Indonesia dan persyaratan pemekaran.

"Dengan demikian, pada nantinya, pemekaran merupakan solusi, bukan masalah," ujar Presiden pada jumpa pers bersama Ketua DPR Marzuki Alie, Rabu (14/7/2010) di Istana Negara, Jakarta. Jajaran kabinet menteri serta pimpinan DPR, pimpinan fraksi, dan komisi, serta badan legislasi DPR turut hadir dalam jumpa pers tersebut.

Marzuki pun mengatakan, DPR siap melakukan pembahasan desain besar kebijakan strategis bersama pemerintah. Keduanya sepakat, moratorium pemekaran yang masih berlaku tetap dipertahankan.

Dia juga mengatakan, DPR hingga saat ini masih terus didatangi konstituen terkait pemekaran daerah. Pada kesempatan tersebut, Presiden mengatakan, dalam 10 tahun terakhir, ada penambahan 250 daerah baru. Dari angka tersebut, 80 persen di antaranya tidak berhasil.

Sebagai gambaran, pemekaran dinilai belum dapat menggerakkan ekonomi dan memberikan kesejahteraan dan pelayanan yang lebih baik kepada rakyat. Padahal, pada setiap penambahan satu wilayah baru, ada uang negara yang keluar, baik untuk pembangunan gedung maupun infrastruktur. Ketidakefektifan ini pun diamini oleh Marzuki.

"Kami melihat, berdasarkan kajian pemerintah dan lembaga nonpemerintah serta kunjungan kerja anggota dewan, kebijakan pemekaran masih perlu penyempurnaan, terutama dari sisi aturan," ungkapnya.

Sebelumnya, Deputi Pengembangan Regional Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Max Pohan mengatakan hal yang sama. Menurutnya, sekitar 80 persen dari daerah otonomi baru punya kinerja yang buruk dan tidak mampu menghimpun pendapatan asli daerah.

Daerah-daerah itu sibuk membentuk pemerintahan dan belanja peralatan, tetapi mengabaikan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan penjelasan mengenai hasil evaluasi pemerintah pusat, dari 31 daerah yang dievaluasi, ada 14 daerah otonomi baru atau 45,16 persen dari total sampel yang kinerjanya tidak baik.

Sekitar 80 persen daerah otonomi baru (DOB) bergantung pada pendanaan transfer dari pemerintah pusat. Dana transfer dari pusat itu pun sebagian besar untuk membayar gaji pegawai dan melengkapi perlengkapan pemerintahan, bukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

"Sementara, peningkatan layanan kepada masyarakat yang menjadi sasaran final otonomi daerah justru tidak terpenuhi. Daerah otonomi baru itu gagal memenuhi kebutuhan dasar yang paling diperlukan masyarakat," tutur Max.

Kegagalan DOB, kata Max, disebabkan oleh dua faktor. Pertama, sumber pendanaan yang mendukung daerah otonomi itu sangat terbatas dan belum sanggup menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD).

Kedua, rendahnya kapasitas dan kompetensi aparatur daerah yang ditunjuk sebagai satuan kerja perangkat daerah atau pejabat yang bertanggung jawab pada pelaksanaan proyek dan penggunaan anggaran. "Masalah satu daerah dengan daerah otonomi baru memang berlainan dan bervariasi. Ini sama dengan hasil studi Bappenas beberapa tahun lalu. Sebagian besar memang sibuk dengan upaya pembentukan pemerintahan," ujar Max Pohan.

Meski ada catatan buruk pada DOB, pemerintah pusat masih memberikan kesempatan kepada daerah otonomi baru itu untuk memperbaiki diri. Pemerintah beralasan, pembentukan daerah mandiri butuh waktu setidaknya 5-10 tahun. "Apalagi masalah yang dihadapi adalah rendahnya kapasitas dan kompetensi. Butuh waktu panjang untuk meningkatkannya," tutur Max.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Disebut Tak Perlu Terlibat di Pemerintahan Mendatang, Beri Kedaulatan Penuh pada Presiden Terpilih

Jokowi Disebut Tak Perlu Terlibat di Pemerintahan Mendatang, Beri Kedaulatan Penuh pada Presiden Terpilih

Nasional
Kekayaan Miliaran Indira Chunda, Anak SYL yang Biaya Kecantikannya Ditanggung Negara

Kekayaan Miliaran Indira Chunda, Anak SYL yang Biaya Kecantikannya Ditanggung Negara

Nasional
LPSK dan Kemenkumham Bakal Sediakan Rutan Khusus 'Justice Collaborator'

LPSK dan Kemenkumham Bakal Sediakan Rutan Khusus "Justice Collaborator"

Nasional
Alasan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Hadirkan JK sebagai Saksi Meringankan

Alasan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Hadirkan JK sebagai Saksi Meringankan

Nasional
Dewas KPK Tolak Ahli yang Dihadirkan Nurul Ghufron karena Dinilai Tidak Relevan

Dewas KPK Tolak Ahli yang Dihadirkan Nurul Ghufron karena Dinilai Tidak Relevan

Nasional
Ngadu ke DPR Gara-gara UKT Naik 500 Persen, Mahasiswa Unsoed: Bagaimana Kita Tidak Marah?

Ngadu ke DPR Gara-gara UKT Naik 500 Persen, Mahasiswa Unsoed: Bagaimana Kita Tidak Marah?

Nasional
Soal Revisi UU MK, Hamdan Zoelva: Hakim Konstitusi Jadi Sangat Tergantung Lembaga Pengusulnya

Soal Revisi UU MK, Hamdan Zoelva: Hakim Konstitusi Jadi Sangat Tergantung Lembaga Pengusulnya

Nasional
Cecar Sekjen DPR, KPK Duga Ada Vendor Terima Keuntungan dari Perbuatan Melawan Hukum

Cecar Sekjen DPR, KPK Duga Ada Vendor Terima Keuntungan dari Perbuatan Melawan Hukum

Nasional
Nurul Ghufron Sebut Komunikasi dengan Eks Anak Buah SYL Tak Terkait Kasus Korupsi

Nurul Ghufron Sebut Komunikasi dengan Eks Anak Buah SYL Tak Terkait Kasus Korupsi

Nasional
TNI AL Sebut Sumsel dan Jambi Daerah Rawan Penyelundupan Benih Lobster Keluar Negeri

TNI AL Sebut Sumsel dan Jambi Daerah Rawan Penyelundupan Benih Lobster Keluar Negeri

Nasional
Ketua KPK Mengaku Tak Tahu Menahu Masalah Etik Nurul Ghufron dengan Pihak Kementan

Ketua KPK Mengaku Tak Tahu Menahu Masalah Etik Nurul Ghufron dengan Pihak Kementan

Nasional
Suara Tepuk Tangan Penuhi Ruang Sidang Tipikor Saat JK Sebut Semua BUMN Harus Dihukum

Suara Tepuk Tangan Penuhi Ruang Sidang Tipikor Saat JK Sebut Semua BUMN Harus Dihukum

Nasional
KPK Geledah Rumah Adik SYL di Makassar

KPK Geledah Rumah Adik SYL di Makassar

Nasional
Prabowo Mau Wujudkan Bahan Bakar B100, Menteri ESDM: Perlu Penelitian, Kita Baru B35

Prabowo Mau Wujudkan Bahan Bakar B100, Menteri ESDM: Perlu Penelitian, Kita Baru B35

Nasional
Kelakar Airlangga Saat Ditanya soal Duet Khofifah-Emil pada Pilkada Jatim...

Kelakar Airlangga Saat Ditanya soal Duet Khofifah-Emil pada Pilkada Jatim...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com