Saat duduk di semester II, Asep kembali gamang. Ia ingin pindah ke jurusan Bahasa Inggris. Namun, karena takut DO (
”Untuk bisa masuk Bahasa Inggris, saya harus keluar dari Sejarah dulu. Tapi, kalau saya tidak lulus tes, kan tidak bisa kembali ke jurusan Sejarah,” katanya. Ia mengurungkan niatnya itu.
Sampai suatu hari sebuah fakta berhasil membuka matanya. ”Ada senior di kampus yang menjadi tentara berpangkat kolonel. Ada pula yang sukses berkiprah di
Maka Asep pun meneguhkan tekad. ”Ternyata kuliah di Sejarah enggak cuma jadi sejarawan,” tambahnya.
Keteguhan itu membangkitkan semangatnya. Anak pasangan Saih dan Jainab ini makin sibuk berkutat di kampus. Saat duduk di semester III, ia menjadi ketua senat.
Lembaga inilah yang membuat kreativitas Asep makin terasah. Dia mencoba membuat berbagai program yang tak biasa. Pada 2002, dia—antara lain— membuat program Lomba Lintas Sejarah, dari satu museum ke museum lain di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (Jabotabek) untuk pelajar SMA.
”Konsepnya mirip acara
Misinya, memperkenalkan museum dan sejarah kepada siswa dengan format berbeda. ”Saya sendiri merasakan pelajaran Sejarah itu membosankan dan membuat
Acara itu kemudian menjadi cikal bakal Komunitas Historia Indonesia (KHI) yang dia dirikan. Sebuah komunitas yang dibentuk Asep dengan misi mengajak generasi muda agar mengenal sejarah bangsa sendiri.