Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Politik Dua Kaki

Kompas.com - 17/06/2010, 10:40 WIB

Dalam pola survival, perekrutan politik didasarkan dan diarahkan pada politisi yang memiliki sumber finansial yang kuat dan memiliki basis massa yang potensial mendulang suara dalam pemilu. Dengan bekerjanya pola perekrutan itu, PKS menjadi semacam ”keranjang besar” dari berbagai segmentasi politisi yang memiliki latar sosial-politik yang beragam. Dalam pilihan semacam ini, PKS bukan lagi sepenuhnya menjadi milik para pendukung tradisionalnya.

Komplikasi politik

Pilihan untuk menekankan strategi memburu suara bukannya tidak memunculkan komplikasi politik baru. Perubahan wajah partai ke arah catch all-party tentu akan menimbulkan reaksi dari basis pendukung tradisionalnya. Reaksi yang muncul beragam, mulai dari munculnya suara keras untuk kembali ke watak partai ideologis sampai pada pilihan untuk meninggalkan partai dalam pemilu. Dari luar, reaksi internal ini dibaca sebagai pergulatan yang semakin tajam antardua kubu dalam tubuh PKS: kubu idealis-ideologis dengan kubu pragmatis-realistis (Kompas, 15/6).

Walaupun terjadi pergulatan tajam dua kubu, sepertinya PKS memiliki cara untuk mengelola persaingan internal ini. Satu yang pasti adalah masih kuatnya posisi dan pengaruh Dewan Syura dalam dinamika partai. Presiden PKS sangat mudah untuk berganti, tetapi Ketua Dewan Syura tidak pernah tergantikan. Hal ini bisa menjadi jawaban atas masih terjaganya perimbangan kekuatan antarfaksi. Dan, ini sekaligus menjadi penjelas bagi wajah lain PKS, yang satu sisi tampak memiliki organisasi partai yang profesional, tetapi di sisi lain lokus kekuasaan sesungguhnya masih memusat.

Walaupun politik dua kaki masih bisa dikelola, tetap saja pertaruhannya soal kredibilitas partai, yang tampak dari penilaian publik atas wajah partai di parlemen dan pemerintahan. Di satu sisi, dengan cara kerja catch-all party akan memperoleh insentif politik berupa suara yang dibawa oleh politisi dari berbagai segmen yang direkrutnya. Namun, di sisi lain, PKS menghadapi persoalan ketika politisi yang diambilnya ternyata tidak kredibel. Ketika terjadi problem pada kredibilitas politisinya, hal ini justru menjadi diinsentif politik buat PKS.

Selain itu, sejalan dengan rumusan ideologi partai yang semakin cair dan di mana kerja sama dengan mitra koalisi menjadi sebuah keharusan, sangat mudah PKS terjebak dalam politik kartel. Ketika sebuah kartel politik terbentuk, secara perlahan perilaku partai lebih berorientasi pada upaya memonopoli sumber-sumber daya ekonomi-politik yang dikuasai oleh negara dan menciptakan sebuah lingkungan legal yang mendukung partai yang berkuasa, tetapi mendiskriminasikan pesaing baru. Sekali lagi kredibilitas partai kembali dipertaruhkan.

*AA GN Ari Dwipayana Dosen Politik dan Pemerintahan UGM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

Nasional
Jokowi Ingin TNI Pakai 'Drone', Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan 'Drone AI'

Jokowi Ingin TNI Pakai "Drone", Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan "Drone AI"

Nasional
Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Nasional
Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Jawab Kebutuhan dan Tantangan Bisnis, Pertamina Luncurkan Competency Development Program

Nasional
Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Kemenag: Jemaah Haji Tanpa Visa Resmi Terancam Denda 10.000 Real hingga Dideportasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com