Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sri, Kapan Kowe Bali?"

Kompas.com - 07/05/2010, 08:26 WIB

Dalam mitos Jawa, itulah yang terjadi ketika Batara Guru, raja dari segala dewa, hendak menyetubuhi Dewi Sri. Dewi Sri tak dapat menghindar dari paksaan itu. Dewi Sri kemudian mati, tetapi kematiannya memberikan kehidupan dan kesuburan bagi para petani. Karena itu, jika sawah dilanda kekeringan dan tanaman tak menghasilkan buah, petani Jawa meminta agar Dewi Sri datang menyuburkan.

Sekarang kesedihan karena kepergian Sri tiba-tiba muncul kembali ketika pada Rabu (5/5/2010) kita dikejutkan oleh pengunduran diri Sri Mulyani Indrawati. Tak perlu diulang kembali di sini segala puja-puji karena sederet prestasi Menteri Keuangan Indonesia ini. Tak perlu juga dituturkan kembali pro dan kontra atas keterkaitannya atau ketidakterkaitannya dengan kasus Bank Century. Yang jelas, banyak sekali dari kita yang merasa kehilangan karena kepergiannya.

Memang ada alasannya Sri Mulyani pergi: Ia menerima penunjukan dirinya sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Akan tetapi, mengapa ia justru pergi saat kita amat membutuhkannya dan saat ia sendiri gerah karena kasus Bank Century yang memojokkannya? Inikah sebuah tanda zaman bagi kultur kita?

Sri Mulyani adalah pejabat negara yang dikenal tegas dalam melakukan reformasi birokrasi dan pemberesan bidang pajak dan pabean. Ia juga memperlihatkan komitmen mendalam untuk memberantas korupsi. Toh, akhirnya ia pergi.

Adakah peristiwa ini boleh ditangkap sebagai tanda krisis, yang dalam kebudayaan Jawa disebut dengan datangnya zaman Kalatidha?

Zaman kebaikan tumbang

Memang dalam Serat Kalatidha karya pujangga Ranggawarsita diramalkan akan datang zaman ketika segala kebaikan akan tumbang. Walau negara memiliki pejabat, pemerintah, dan punggawa yang luar biasa pandai dan bijaksana, segala maksud baik yang diinginkan tak bisa terwujud. Sebaliknya, negara akan terjerumus ke dalam gangguan yang tiada habisnya.

Ing zaman keneng musibat, wong ambeg jatmika kontit: di zaman yang penuh kebatilan, orang yang berbudi baik malah terpental. Itulah salah satu ramalan Serat Kalatidha. Tampak bahwa, jika zaman kacau itu datang, keadaan masyarakat tidak lagi afirmatif terhadap kebaikan dan orang-orang yang berbudi baik.

Itulah krisis zaman. Krisis inilah yang membuat orang-orang bijak tertendang keluar. Memang dalam keadaan seperti ini benak orang-orang bijak dilanda keraguan. Ia ingin tinggal di sini, di negerinya sendiri, tetapi sekaligus ia ingin sejauh-jauhnya pergi dari sini. Mungkin perasaan macam itulah yang melanda Sri Mulyani akhir-akhir ini.

Namun, marilah kita kembali pada lagu "Sri Minggat" tadi. Lagu itu tidak berakhir dengan ratapan dan kerinduan si lelaki yang ditinggalkan oleh Sri. Lagu itu masih disusul oleh jawaban Sri, mengapa ia pergi: Mas, sepurane wae/Aku minggat, ora pamit kowe/Sepuluh tahun urip karo kowe/Ora bisa nyenengke atiku (Mas, maafkan aku/Aku minggat, tanpa pamit kamu/Sepuluh tahun hidup bersamamu/Tak bisa menyenangkan hatiku).

Sri Mulyani pergi. Adakah itu terjadi karena kita tidak bisa menyenangkan hatinya lagi: Sri, kapan kowe bali?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setara Institute: RUU Penyiaran Berpotensi Perburuk Kebebasan Berekspresi melalui Pemasungan Pers

Setara Institute: RUU Penyiaran Berpotensi Perburuk Kebebasan Berekspresi melalui Pemasungan Pers

Nasional
Masuk Daftar Cagub DKI dari PDI-P, Risma: Belum Tahu, Wong Masih di Kantong...

Masuk Daftar Cagub DKI dari PDI-P, Risma: Belum Tahu, Wong Masih di Kantong...

Nasional
KPK Geledah Lagi Rumah di Makassar Terkait TPPU SYL

KPK Geledah Lagi Rumah di Makassar Terkait TPPU SYL

Nasional
Puan Minta DPR dan IPU Fokus Sukseskan Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Puan Minta DPR dan IPU Fokus Sukseskan Pertemuan Parlemen pada Forum Air Dunia Ke-10

Nasional
Yusril: Serahkan kepada Presiden untuk Bentuk Kabinet Tanpa Dibatasi Jumlah Kementeriannya

Yusril: Serahkan kepada Presiden untuk Bentuk Kabinet Tanpa Dibatasi Jumlah Kementeriannya

Nasional
Mensos Risma: Belum Semua Warga di Zona Merah Gunung Marapi Bersedia Direlokasi

Mensos Risma: Belum Semua Warga di Zona Merah Gunung Marapi Bersedia Direlokasi

Nasional
Pengamat Nilai Ahok Sulit Menang jika Maju pada Pilkada, Ini Alasannya

Pengamat Nilai Ahok Sulit Menang jika Maju pada Pilkada, Ini Alasannya

Nasional
Jadi Perantara Kebaikan, Dompet Dhuafa Siap Terima Hibah dari NAMA Foundation untuk Kaum Dhuafa

Jadi Perantara Kebaikan, Dompet Dhuafa Siap Terima Hibah dari NAMA Foundation untuk Kaum Dhuafa

Nasional
Kemenkes: Waspadai MERS-CoV, Jemaah Haji Mesti Hindari Kontak dengan Unta

Kemenkes: Waspadai MERS-CoV, Jemaah Haji Mesti Hindari Kontak dengan Unta

Nasional
Bocorkan Duet Khofifah-Emil pada Pilkada, Airlangga: Semua Akan Positif...

Bocorkan Duet Khofifah-Emil pada Pilkada, Airlangga: Semua Akan Positif...

Nasional
Airlangga Bertemu Khofifah Malam Ini, Bahas soal Emil Dardak pada Pilkada Jatim

Airlangga Bertemu Khofifah Malam Ini, Bahas soal Emil Dardak pada Pilkada Jatim

Nasional
Prabowo Sebut Punya Gaya Kepemimpinan Sendiri, PDI-P: Kita Berharap Lebih Baik

Prabowo Sebut Punya Gaya Kepemimpinan Sendiri, PDI-P: Kita Berharap Lebih Baik

Nasional
RUU Penyiaran Larang Jurnalisme Investigasi, PDI-P: Akibat Ketakutan yang Berlebihan

RUU Penyiaran Larang Jurnalisme Investigasi, PDI-P: Akibat Ketakutan yang Berlebihan

Nasional
Prabowo Ingin Jadi Diri Sendiri Saat Memerintah, PDI-P: Kita Akan Melihat Nanti

Prabowo Ingin Jadi Diri Sendiri Saat Memerintah, PDI-P: Kita Akan Melihat Nanti

Nasional
Sepanjang 2023, Pertamina Hulu Rokan Jadi Penghasil Migas Nomor 1 Indonesia

Sepanjang 2023, Pertamina Hulu Rokan Jadi Penghasil Migas Nomor 1 Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com