Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapolri: Pemanggilan Media Massa sebagai Saksi Kasus Anggodo

Kompas.com - 19/11/2009, 20:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri menjelaskan bahwa alasan pemanggilan sejumlah pimpinan media massa untuk memberikan kesaksian atas transkrip rekaman penyadapan yang diperdengarkan pada sidang Mahkamah Konstitusi beberapa waktu lalu. Kepala Polri mengatakan, pemanggilan tersebut dalam rangka mempercepat pemeriksaan untuk kasus pelaporan oleh polisi terhadap Anggodo, tokoh sentral dalam rekaman tersebut.

"Pemanggilan pimpinan media, dalam rangka proses percepatan pemeriksaan, menjadi saksi untuk terlapor Anggodo," kata Kepala Polri dalam rapat kerja gabungan bersama Kejaksaan Agung dan KPK dengan Komisi III DPR, Kamis (19/11) malam.

Seperti diketahui, polisi membuat laporan atas Anggodo sebagai pihak terlapor dengan enam sangkaan, yaitu penghinaan, pencemaran nama baik, penyuapan, ancaman pembunuhan terhadap Chandra, penghinaan institusi dan pejabat publik, serta penghinaan presiden.

"Saat ini sedang proses dan sudah berkoordinasi dengan Pak Tumpak. Untuk CD dan transkrip sudah diterima. Kami sedang melakukan tindakan-tindakan dan lima dari transkrip menjadi bukti permulaan yang cukup, apakah yang bersangkutan (Anggodo) bisa dilanjutkan untuk proses hukum selanjutnya," kata Kepala Polri.

Salah satu media massa yang dipanggil adalah harian Kompas, untuk datang ke Mabes Polri, besok. Surat pemanggilan masuk ke meja redaksi Kompas sore ini, 19 November 2009, sedangkan surat panggilan tertanggal 18 November 2009.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 23 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 23 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com