JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang segera meninggalkan istana dan bersiap pulang kampung, menyatakan tidak akan pernah mengalami sindrom pasca-berkuasa (post power syndrome) karena terbiasa tanpa protokoler yang ketat.
"Tak ada masalah post-power syndrome. Satu-satunya yang mungkin jadi masalah adalah menghadapi kemacetan lalu lintas. Sebab, tak ada pengawalan lagi. Tapi itu kan hal biasa," katanya di Jakarta, Senin (19/10), saat sarapan perpisahan dengan para pemimpin media massa di rumah dinas Wapres yang sebentar lagi harus ditinggalkannya.
Sambil menyantap soto ambengan, JK banyak tersenyum dan berseloroh dengan tokoh-tokoh media, antara lain sesepuh pers nasional Rosihan Anwar, Sabam Siagian, Fikri Jufri, pengusaha Sofjan Wanandi, dan Ketua BKPM M Luthfi.
JK bercerita, selama lima tahun menjadi Wapres, tercatat mengadakan rapat 427 kali, kunjungan ke daerah 123 kali atau dua kali dalam sebulan, serta ke luar negeri 23 kali.
"Yang menarik bagi saya, selama itu saya dihormat tentara 12 kali sehari. Saya menjadi orang yang paling banyak dihormati tentara," katanya disambut tertawa ger-geran dari yang hadir.
"Berangkat dari rumah dihormat, sampai kantor dihormat, ke luar kantor dihormat, masuk istana dihormat. Penghormatan resmi 12 kali sehari, yang tidak resmi lebih banyak lagi," lanjutnya, yang disambut tawa lebih keras dari para hadirin.
Meskipun mendapat penghormatan seperti itu (katanya sesuai standar prosedur baku Paspampres), JK tak kecewa tidak akan mendapatkannya setelah kembali menjadi orang biasa.
JK mengulangi janjinya bahwa setelah pensiun menjadi Wakil Presiden, dia akan pulang kampung ke Makassar dan akan mengabdikan dirinya pada kegiatan sosial, pendidikan, dan kemahirannya sebagai juru damai. Selain, tentu saja, momong cucu-cucunya.
Meskipun akan berbasis di Makassar, lanjutnya, dia akan mondar-mandir ke Jakarta. "Sudah biasa tinggal di Jakarta sih, jadinya akan sering bolak balik," katanya.
JK menegaskan, dirinya tidak akan mendirikan JK Center atau semacamnya. Pengabdian JK akan melalui lembaga yang sudah ada seperti universitas dan perguruan tinggi. "Saya tidak akan pernah berhenti mengabdi," katanya.
JK telah mencapai semua jabatan tinggi, dari menteri hingga Wakil Presiden. "Saya pernah menjadi Menteri Perdagangan di Jalan Medan Merdeka Timur, lalu menjadi Menko Kesra di Jalan Medan Merdeka Barat. Yang belum tercapai berkantor di Jalan Medan Merdeka Utara (Istana Presiden)," katanya disambut tertawa lagi.
Dia menceritakan, nasibnya bisa diibaratkan nomor mobilnya. Saat menjadi Menteri Perdagangan, mobil dinasnya bernomor B 21. Saat menjadi Menko Kesra nomornya B 12. Lalu saat jadi Wapres, nomornya B 2.
"Barangkali angka 2 itu memang pas untuk saya," katanya lagi.
Lalu para pimpinan media satu demi satu menyampaikan kesan-kesannya. Rosihan Anwar mengatakan, kiprah JK tidak akan berhenti dengan selesainya jabatan Wapres. JK di usia yang 67 tahun diminta tetap mengabdi seperti dirinya yang tetap menulis di hari tuanya.
"Tugas kita adalah membahagikan orang lain," pesannya.
Rosihan kemudian mengatakan, hari itu JK bisa mengatakan berpisah (dari kehidupan formal), tetapi akan bertemu lagi (dalam kehidupan informal).
"Goodbye for now, till we meet again?" kata tokoh pers sepuh itu sambil menyalami JK.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.