Sampai kemarin, masih banyak warga yang tidak berani tidur di dalam rumah, karena khawatir gempa akan kembali megguncang dan mereka menjadi korban bila rumah runtuh. Nofran misalnya, warga Parupuk, Tabing, mengaku dia bersama keluarganya saat ini lebih memilih tidur di dalam tenda seadanya yang didirikan di halaman rumah.
"Rumah saya ini sudah retak-retak dindingnya. Lihat saja," katanya sambil mennjukkan bagian yang retak akibat gempa lalu.
Meski tidak ada bagian yang sampai ambruk, namun Nofran bersama istri dan dua anaknya mengaku masih trauma jika harus bermalam di dalam rumah. "Lagi pula tetangga kami juga masih pada tidur di halaman rumah. Jadi kita hanya kami saja. Apalagi listrik masih padam, jadi lebih enak di halaman pakai lilin," katanya.
Dia mengaku tidak paham tentang struktur bangunan, sehingga tiak tahu apakah bangunan rmahnya masih layak digunakan atau harus diruntuhkan dan dibangun ulang. Karena itu, dia mengaku senang kalau memang akan ada tim ferivikasi dari PU yang akan turun memeriksa rumah-rumah warga, dan memberikan saran apakah rumahnya masih layak atau tidak.
"Hanya saja, kalau memang nanti rmah ini harus diruntuhkan dan dibangun ulang, kami berharap ada bantuan dari pemerintah. Karena untuk membangun rumah sekarang kan tidak murah, butuh biaya banyak. Rumah ini saja saya cicil selama 20 tahun dan sampai sekarang belum lunas," ujarnya. (rin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.