Malam kelabu
Penderitaan Tamiyem dan Paimin berawal dari peristiwa sebelas tahun lalu. Sekitar pukul dua dini hari, tiba-tiba saja rumahnya didatangi sepuluh aparat berpakaian preman.
”Mereka mencari Suyat. Semua kamar diperiksa. Tidak tahu kenapa, sambil bertanya, mereka juga terus berjalan mengelilingi rumah. Tidak ada yang berhenti,” kata Suyadi (40), kakak sulung Suyat, menceritakan pencidukan malam itu.
Dikarenakan Suyat sedang tidak ada di rumah, aparat membawa Suyatno (39), kakak nomor dua Suyat. Dengan mata ditutup, Suyatno dibawa dengan mobil Kijang dan diinterogasi di suatu tempat. Saat itu Suyatno yang masih berusia 28 tahun dipaksa menceritakan keberadaan Suyat. ”Saya dipukuli di sini,” kata Suyatno sambil menunjuk ulu hatinya.
Setelah Suyat ditemukan di Desa Sumber, Suyatno diturunkan di Desa Karang Rejo. Sejak subuh itu, tepatnya 12 Februari 1998, Suyat raib. Saat itu Suyat berusia 23 tahun dan hampir merampungkan kuliahnya di Jurusan Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Slamet Riyadi, Surakarta.
Belakangan, pihak keluarga baru paham Suyat aktif di Partai Rakyat Demokratik yang dipimpin Budiman Sudjatmiko dan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi yang dituduh rezim Orde Baru sebagai dalang kerusuhan 27 Juli dan dinyatakan sebagai organisasi terlarang.
Sebagai anak tertua, Suyadi sudah melakukan segala daya mencari adiknya. Banyak lembaga negara sampai istana sudah dia datangi. Tapi, upaya itu belum juga membuahkan hasil. ”Jawabannya sama: diusahakan,” ujarnya.
Sebelas tahun sudah Suyadi berjuang. Kini, dia merasa lelah. Terlebih, masalah yang dihadapi keluarganya pun tidak ringan.
Putri sulungnya, Dewi (12), tunarungu sejak usia tiga hari. Alat bantu dengar masih bisa membantu. Tapi, karena harganya Rp 5 jutaan, Suyadi yang bekerja sebagai tukang kayu dan istrinya, Suwarni, sebagai penjahit, tak sanggup membelinya.
Tiga tahun belakangan, Dewi juga menderita penyakit kulit. Pigmen kulit hitam di beberapa jarinya yang lentik berubah menjadi putih. ”Kalau masih hidup, Suyat pasti sudah bisa mengangkat ekonomi keluarga,” ujarnya mengeluh.