Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR Bahas RUU Rahasia Negara di Puncak

Kompas.com - 18/08/2009, 20:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Proses pembahasan Rancangan Undang-Undang Rahasia Negara kembali berlanjut dan digelar secara intensif antara Komisi I dan pemerintah selama tiga hari di Wisma DPR Kopo di kawasan Puncak, Cianjur, Jawa Barat, 18-20 Agustus 2009.

Hal itu dibenarkan Ketua Panitia Kerja Pembahasan RUU RN Guntur Sasono dari Fraksi Partai Demokrat, saat dihubungi Kompas per telepon, Selasa (18/8).

Menurutnya, langkah pembahasan secara konsinyering dilakukan agar lebih fokus, efisien, dan tidak terganggu. Secara aturan pun proses pembahasan macam itu dibenarkan.

"Kalau dibahas di sana kan bisa dilakukan secara maraton. Tidak terganggu masalah lain. Lagi pula kan (vila) itu punya kita (DPR) sendiri. Bukan karena permintaan pemerintah, kok, apalagi biar jauh-jauh," ujar Guntur.

Menurut Guntur, proses pembahasan tersebut juga masih membuka masukan dari masyarakat sipil. Dia juga mengaku paham akan berbagai kekhawatiran kalangan masyarakat sipil bahwa aturan dalam RUU itu akan membahayakan proses dan amanat reformasi.

"Memang ada yang takut RUU ini akan mengembalikan situasi seperti dahulu, ada pembredelan, dan lain-lain. Semua masukan itu sudah kami terima. Banyak juga yang sudah kami akomodasi. Rapatnya terbuka kok, silakan saja kalau mau datang (memantau), asal lapor saya dahulu, ya, ha-ha-ha," ujar Guntur setengah berkelakar.

Guntur menegaskan, Panja tidak ingin memaksakan proses pembahasan RUU tersebut harus selesai atau dikebut sebelum periode kerja pemerintah dan DPR berakhir. "Jika memang ada yang masih mengganjal dan ditolak, hal seperti itu bisa saja terjadi. Tidak ada yang dipaksakan," tambahnya.

Pendapat senada juga disampaikan anggota Panja RUU Rahasia Negara dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Dedi Djamaluddin Malik. Dia mengaku yakin, waktu tiga hari tidak akan cukup dipakai menuntaskan proses pembahasan semua daftar inventarisasi masalah (DIM) RUU, yang masih dinyatakan bermasalah.

Menurut Dedi, dalam rapat intensif tersebut, dia menjanjikan akan mengupayakan agar apa yang menjadi kekhawatiran masyarakat selama ini bisa dibahas kembali, bahkan walaupun DIM atau pasal tersebut sudah dinyatakan selesai pembahasannya di tingkat rapat kerja sebelumnya.

"Misalkan soal jenis rahasia negara yang selama ini dianggap terlalu meluas. Bisa saja nanti rapat Panja ini memutuskan ada pasal dibawa lagi untuk dibahas di raker selanjutnya. Asal semua fraksi setuju ada raker lagi, ya bisa saja. Tidak menutup kemungkinan," ujar Dedi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com