Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selamatkan Indonesia dari Pelanggar HAM

Kompas.com - 11/05/2009, 14:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Organisasi pemerhati hak asasi manusia (HAM) dan korban pelanggar HAM menyerukan penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia. Mereka menilai, selama ini tidak ada keseriusan dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini. Gemuruh pemilihan umum pun seolah melupakan eksistensi para korban yang hingga saat ini terus menahan nyeri.

Demikian hasil sidang tribunal bentukan organisasi pemerhati HAM dan para korban pelanggar HAM yang digelar di Kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Jakarta, Senin (11/5). Mereka menggagas terbentuknya Forum Selamatkan Indonesia. Sidang tribunal itu mengeluarkan apa yang mereka sebut "Piagam Sidang Rakyat Atas Kejahatan Hak Asasi Manusia Orde Baru 1997-1998".

"Dalam Piagam ini kami mencatat berbagai kejahatan itu yang telah menjadi keprihatian internasional seperti World Conference on Human Rights in 1993, Komisi HAM PBB, Pengadilan Pidana Internasional untuk eks Yugoslavia dan Rwanda, yang menegaskan bahwa setiap pelanggaran berat HAM merupakan kejahatan yang harus diidentifikasi, diungkap, dan terhadap pelakunya harus dihukum dan hak korban dipulihkan," ujar Frangky, salah seorang perwakilan Forum.

Dalam piagam tersebut juga dikatakan, sampai saat ini belum ada upaya pemerintah untuk mengadili para pelaku. Bahkan, disebut Frangky, seseorang yang diduga terkait dalam peristiwa pelanggaran HAM itu kini mencalonkan diri sebagai Presiden RI.

Forum Selamatkan Indonesia bertekad memulihkan keadilan hak asasi manusia, serta bertekad untuk mengakhiri mata rantai impunitas terhadap pelanggaran HAM. "Kami memiliki keyakinan dan kepercayaan, bahwa usaha ini akan memberikan manfaat besar bagi terciptanya demokrasi dan dunia tanpa kekerasan dengan membuat dokumentasi yang utuh sebagai catatan sejarah Indonesia," terang Frangky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Mendagri Serahkan Data Pemilih Potensial Pilkada 2024, Jumlahnya 207,1 Juta

Nasional
Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Hardiknas 2024, Fahira Idris: Perlu Lompatan Peningkatan Kualitas Pengajaran hingga Pemerataan Akses Pendidikan

Nasional
Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Sadar PTUN Tak Bisa Batalkan Putusan MK, PDI-P: Tapi MPR Punya Sikap untuk Tidak Melantik Prabowo

Nasional
Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Surya Paloh Sungkan Minta Jatah Menteri meski Bersahabat dengan Prabowo

Nasional
Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Anies Respons Soal Ditawari Jadi Menteri di Kabinet Prabowo atau Tidak

Nasional
Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Ajukan Praperadilan Kasus TPPU, Panji Gumilang Minta Rekening dan Asetnya Dikembalikan

Nasional
KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

KPU Bantah Tak Serius Ikuti Sidang Sengketa Pileg Usai Disentil Hakim MK: Agenda Kami Padat...

Nasional
Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com