Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalla : Saya Sering Jadi "Bumper" Pemerintah

Kompas.com - 02/05/2009, 22:32 WIB

MAKASSAR,KOMPAS.com-Muhammad Jusuf Kalla menegaskan dirinya sebagai Wakil Presiden RI dan Ketua Umum DPP Partai Golkar yang mendukung pemerintahan bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sering berperan menjadi "bumper" atau penyanggah keputusan pemerintahan yang dinilai tidak populer.

Sebut saja seperti kenaikan bahan bakar minyak (BBM), impor beras, perubahan APBN dan jika ada hak angket maupun interpelasi di DPR.

Bahkan, untuk menjelaskan kebijakannya pun banyak jajaran pemerintah yang tidak berani tampil di hadapan pers. Namun, ada yang memiliki kebanggaan seolah-olah dirinya yang menggagas kebijakan pemerintah seperti Bantuan Tunai Langsung (BLT) dan proyek lainnya sehingga berebut ingin meresmikannya, tanpa rasa terima kasih.

Hal itu disampaikan Kalla saat berbicara dengan 23 Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) yang datang ke rumah pribadinya di jalan Haji Bau, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (2/5) malam.

Selain 23 pimpinan DPD Partai Golkar Se-Sulsel, juga hadir sejumlah alumni Universitas Hassanudin. Acara itu disertai dengan makan malam yang menunya makanan khas Sulsel di antaranya palubasa.

Kalla yang tercatat baru bicara blak-blakan tentang peranannya di pemerintahannya hanya ditemani istrinya Ny Mufidah Kalla dan Staf Khusus Syahrul Udjud. Tidak ada satupun fungsionaris Partai Golkar pusat yang disertakan dalam kunjungan kerjanya selama dua hari sampai Minggu (3/5) pagi.

Penjelasan Kalla kepada Pimpinan DPD Se-Sulsel seperti "curhat" mengingat ia bicara apa adanya selama tiga perempat jam tanpa teks, dan disampaikan dengan tenang.

Sebelum Kalla bicara, ia didahului oleh laporan Ketua DPD Sulsel Ilham Sirajuddin tentang hasil pemilu dan perolehan suara Partai Golkar di Sulsel yang tetap nomor satu meskipun hanya mendapat 18 kursi.

"Dalam hal kenaikan BBM dan impor beras, banyak teman-teman yang tidak berani muncul di depan media massa. Terpaksa saya lagi untuk tampil di depan untuk menjelaskan. Saya bilang kalau memang mau demo ya demolah. Akan tetapi jika tidak mau naik (BBM) akibatnnya begini-begini. Sebagai pemimpin saya ambil risiko. Kalau pemimpin tidak berani ambil risiko, berhenti saja jadi pemimpin," tandasnya.

Menurut Kalla, apabila ia tidak mendahului dalam kebijakan, tidak ada yang berani mau maju ke depan untuk mengambil keputusan teknis. "Tidak ada, semuanya pada bilang teserah Wapres. Saya tidak mau jauh-jauh datang dari Makasssar malah menjadi penakut. Itulah yang terjadi selama ini di pemeirnhtahan."

Dikatakan Kalla,"Golkar di bawah pimpinan saya menjadi bumper pemerintah untuk apa saja untuk bangsa ini. Ini karena Golkar menjadi partai terbesar di DPR. Jadi, jika ada masalah BBM, perubahan APBN, termasuk juga angket dan interpelasi. Maka pembela utama adalah Golkar. Akan tetapi, mereka tidak berterima kasih bahwa peranan Golkar dan peranan ketuanya yang besar," kata Kalla.

Dikatakan Kalla, "Coba apa yang bisa dibanggakan bangsa ini tanpa partisipasi teman-teman Golkar di DPR dan peranan Wapres. Tanpa Wapres, itu tentu tidak bisa berjalan dan dicapai. Itulah yang saya berikan kebanggaan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Sedih karena SYL Pakai Duit Kementan untuk Keperluan Keluarga, Surya Paloh: Saya Mampu Bayarin kalau Diminta

Nasional
Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, Kementerian KP Siap Dorong Kualitas, Jangkauan, dan Keberlanjutan Komoditas Tuna Indonesia

Nasional
Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Sebut Suaranya Pindah ke PDI-P, PAN Minta Penghitungan Suara Ulang di Dapil Ogan Komering Ilir 6

Nasional
Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Jokowi Teken UU Desa Terbaru, Kades Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Nasional
Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Soal Lebih Baik Nasdem Dalam Pemerintah atau Jadi Oposisi, Ini Jawaban Surya Paloh

Nasional
Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Sentil Pihak yang Terlambat, MK: Kalau di Korea Utara, Ditembak Mati

Nasional
Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Giliran Ketua KPU Kena Tegur Hakim MK lantaran Izin Tinggalkan Sidang Sengketa Pileg

Nasional
Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Panji Gumilang Gugat Status Tersangka TPPU, Sebut Polisi Tak Penuhi 2 Alat Bukti

Nasional
Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Sidang Administrasi Selesai, PTUN Minta PDI-P Perbaiki Gugatan terhadap KPU

Nasional
Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Bamsoet Apresiasi Sikap Koalisi Perubahan Akui Kemenangan Prabowo-Gibran

Nasional
PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

PDI-P Harap PTUN Tidak Biarkan Pelanggaran Hukum yang Diduga Dilakukan KPU

Nasional
KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

KPK Sebut SPDP Kasus Korupsi di PDAM Boyolali Hoaks

Nasional
Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Kompolnas Dorong Motif Bunuh Diri Brigadir RAT Tetap Diusut meski Penyelidikan Kasus Dihentikan

Nasional
Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Airin Hadir di Taaruf Muhaimin Bersama Calon Kepala Daerah

Nasional
Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral Saya Marahi

Sentil KPU, Hakim MK Arief Hidayat: Sudah Hadir Ya Setelah Viral Saya Marahi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com