Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bawaslu Akan Surati Kompolnas dan Presiden

Kompas.com - 21/04/2009, 18:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menyusul ditolaknya laporan indikasi tindak pidana pemilu oleh oknum KPU, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) akan mengirimkan surat kepada Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Presiden, dan Ketua DPR dengan tembusan ke Komisi II dan Komisi III DPR.

Ditolaknya laporan Bawaslu tersebut, telah disampaikan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji dalam keterangannya kepada media, Senin (20/4) kemarin. Hal itu dikatakan oleh anggota Bawaslu, Wirdyaningsih, pada jumpa pers di Gedung Bawaslu, Jakarta, Selasa (21/4) sore.

 "Kami akan menyurati secara resmi Kompolnas, Presiden, dan Ketua DPR yang juga ditembuskan ke Komisi II dan Komisi III DPR," jelas Wirdyaningsih.

Surat tersebut telah selesai dan akan segera dikirimkan. Isi surat, terkait klarifikasi Bawaslu bahwa dalam laporannya ke Bareskrim, telah menyelesaikan poin-poin dan kronologis serta kajian hukum yang lengkap. Salah satu alasan ditolaknya laporan Bawaslu karena dinilai kurangnya alat bukti.

"Kami pikir, cukup upaya kami melakukan seluruh tugas sesuai kewenangan yang kami punya untuk mengawal semua kasus pemilu. Saat ini, kami sedang mengkaji kode etiknya," ujar dia.

Bawaslu juga memberikan catatan bahwa penyidik Polri mempunyai kewajiban untuk menerima penerusan laporan dari Bawaslu seperti diatur dalam Pasal 8 Nota Kesepahaman antara Jaksa Agung, Kapolri, dan Ketua Bawaslu yang mengatur bahwa Sentra Gakkumdu menerima laporan Pemilu Legislatif 2009 pada setiap tahapan penyelenggaraan pemilu legislatif dari Bawaslu/Panwaslu dan KPU.

Sementara Bawaslu, ketika mendapatkan laporan adanya pelanggaran pemilu wajib menindaklanjutinya bila ada indikasi dan bukti permulaan yang membuktikan kebenaran laporan serta meneruskan laporan tersebut kepada penyidik Polri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com