JAKARTA, JUMAT — Merti Nusantara yang mengaku secara sukarela didirikan untuk mendukung deklarasi Sultan Hamengku Buwono X sebagai calon presiden pada Pemilu 2009 pastinya tidak main-main. Maju sebagai capres adalah harga mati dukungan dari Merti bagi Sultan.
Lantas, bagaimana jika Sultan menerima pinangan partai lain, seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang sedang getol-getolnya mendekati Sultan untuk menjadi pasangan Megawati Soekarnoputri sebagai cawapres?
"Jika Sultan akhirnya menerima tawaran partai lain sebagai cawapres, tentu sesuai aturan, Sultan harus mengembalikan mandat itu kepada rakyat dan Merti tidak akan mendukung lagi," ujar Wasekjen Merti Nusantara Bondan Nusantara seusai peresmian Kantor Pusat Merti Nusantara di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (6/2). "Merti kan dibentuk karena deklarasi Sultan," ujar Bondan.
Hal serupa juga ditegaskan oleh juru bicara Merti Nusantara, Willy Adithya. Menurut Willy, kehadiran Merti untuk mendukung majunya Sultan harus digarisbawahi. Jika Sultan menjadi cawapres, tentu kondisinya akan berbeda. "Silakan saja, tapi kita tetap mendukung Sultan sebagai capres. Ya, apabila tidak, Sultan harus mengembalikan mandatnya kepada rakyat dan Merti akan menarik dukungannya," ujar Willy.
Merti Nusantara dibentuk bersamaan dengan deklarasi Sultan sebagai capres dalam Pisowanan Ageng di Jogja, Oktober 2008. Menurut Bondan, Merti Nusantara dibentuk untuk memfasilitasi para pendukung Sultan dari Jogja dan luar Jogja.
Saat ini kepengurusan telah dibentuk di 33 provinsi dan 370 kabupaten di seluruh Indonesia. Melalui struktur kepengurusan Merti saja, Willy berharap sekitar 1 juta dukungan bisa diperoleh. Untuk menggembungkan jumlah dukungan, Merti Nusantara akan melakukan pembekalan terhadap sejumlah anggota dan para pendukung yang berada di Sumatera dan daerah timur Indonesia pada Februari.
Meski diprediksikan sebagai figur lokal, Sultan tak akan sukses, Willy mengatakan pada kenyataannya dukungan masyarakat luar Jawa sangat besar, baik dari dukungan masyarakat adat nusantara maupun masyarakat biasa. "Sultan kan sering disebut sebagai figur lokal, tapi survei terakhir menunjukkan Sultan sudah mencapai 11 persen. Bisa bersaing dengan Mega dan SBY. Ini membuktikan bahwa Sultan bukan hanya sebagai figur lokal," tutur Willy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.