Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politik Mitos Orang Toraja

Kompas.com - 23/01/2009, 22:51 WIB

Hubungan ini menjadi sakral dalam mitos. Hubungan saudara yang sakral adalah esensi kebudayaan Toraja.

Hubungan itu dicirikan oleh keterbedaan, oposisi, dan kesatuan. Kesatuan dipahami sebagai totalitas yang mencakup dua elemen yang beroposisi. Dari sudut hierarkisme nilai, elemen yang mencakup kedua elemen yang beroposisi mendapatkan nilai yang lebih tinggi (Dumont 1970; Fox 1990; Hertz 1973).

Elemen perempuan sebagai representasi kesuburan mendapatkan nilai lebih tinggi daripada laki-laki karena dialah yang mencakup oposisi kedua elemen itu. Ibarat hubungan antara tangan kanan dan kiri. Tangan kanan sebagai representasi tubuh mendapatkan nilai yang lebih tinggi daripada kiri karena dialah yang mencakup oposisi kedua elemen itu.

Walaupun pemekaran berterima karena didukung kategori - kategori budaya, keterbedaan dan oposisi terkadang disalahtafsirkan oleh sebagian sebagai perpecahan dan sering dipolitisasi oleh segelintir orang untuk memecah belah. Namun, tidak ada keterbedaan dan oposisi, yang adalah keterpecahan karena keduanya adalah prasyarat konstruksi sebuah kesatuan.

Bila benar mitos adalah charter pengorganisasian kelompok dan pemekaran, maka mitos tersebut dapat dipakai secara kreatif untuk merekonstruksi kesatuannya. Tentu saja asalkan warisan budaya mitos dijadikan pandangan hidup dan norma tingkah laku dalam berbagai interaksi sosial. Dengan demikian, pembagian wilayah secara administratif tidak akan menimbulkan keterpecahan.

Nilai kesatuan ini menjadi normatif dalam peribahasa, iapi nabisa sisarak tu to da mai na to lo' mai ke sisarakpi tu mata mabusa na mata malotong, ”Utara dan selatan baru dapat berpisah bila mata putih terpisah dari mata hitam”. Ini aspek idealnya.

Dalam praktik, kompetisi dan persaingan akan selalu terjadi dan ini dijamin undang-undang otonomi daerah. Namun, persaudaraan hendaknya dikedepankan.

Lokal genius ini adalah dasar humanisme dan dapat diangkat menjadi nilai nasional, bahkan dapat digabung dengan kearifan global dalam memajukan kesejahteraan bersama dan mengarungi kehidupan keindonesiaan modern dan global.

Stanislaus Sandarupa Anggota Asosiasi Tradisi Lisan, Dosen Antropolinguistik pada Fakultas Ilmu-Ilmu Budaya, Unhas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com