Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politik Mitos Orang Toraja

Kompas.com - 23/01/2009, 22:51 WIB

Mitos lain bercerita tentang tokoh Landorundun, seorang wanita cantik berambut panjang yang mencitrakan kekayaan. Dan, siapa yang tidak ingat mitos Anak Dara Sa'dan yang setelah menjadi istri Pencipta (Puang Matua) di langit penciptaan dapat dilakukan?

Pada pihak lain, mitos dari selatan ditandai tokoh-tokoh Tamboro Langi' dan Lakipadada. Tamboro Langi tomanurun dari langit, adalah pendiri Kerajaan Sangngalla. Makhluk dari langit adalah laki-laki.

Lakipadada, seorang teolog, mengajarkan bahwa di belakang kematian ada kehidupan abadi. Bukankah ini yang melatarbelakangi semua praktik ritual kematian di Toraja?

Ia kemudian kawin dengan Karaeng Tara Lolo, Putri Raja Gowa di Makassar, dan melahirkan tiga turunan raja yang berkuasa di Sulawesi Selatan. Patta La Merang menjadi raja di Gowa, Patta La Bunga menjadi raja di Luwu', dan Patta La Bantan menjadi raja di Sangalla' sebagai Puang Palodang Pertama.

Dalam kedua tipe mitos di atas ditemukan term-term yang tidak berdiri sendiri, tetapi berkorelasi dan saling melengkapi. Makna mitos kelompok satu baru bisa dipahami bila dihubungkan dengan lainnya.

Perbandingan memperlihatkan, mitos dari utara dicirikan elemen aluk, yang berarti upacara dengan makna global kehidupan dan kesuburan, dan elemen anak dara yang artinya anak darah dengan makna global perempuan. Mitos dari selatan ditandai elemen rari, yang berarti perang dengan makna global korban dan kematian, dan elemen anak muane yang berarti anak laki-laki dengan makna global laki-laki.

Di sini kehidupan, kesuburan, dan perempuan masuk ke dalam satu kelas; sedangkan korban, kematian, dan laki-laki masuk kelas lain. Bila diperluas ke aspek-aspek lain budaya ditemukan pola yang sama di mana ritual kehidupan (rambu tuka', tongkonan, pusat pemerintahan tradisional) masuk ke dalam kelas pertama, sedangkan ritual kematian (rambu solo', lumbung dan departemen peperangan) masuk kelas lain. Sistem ini disebut sistem berpasang-pasangan (ma'pasibali) yang bersifat dualistis.

Kelas pertama direpresentasikan oleh kategori perempuan, sedangkan kelas kedua laki-laki. Utara memakai perempuan sebagai simbol kelompok, sedangkan selatan laki-laki.

Kesatuan orang Toraja

Hubungan keduanya dimaknai sebagai hubungan saudara. Dalam bahasa kekerabatan, laki-laki menyebut saudari perempuannya anak darah (anak dara), sedangkan perempuan menyebut saudara laki-lakinya anak laki-laki (anak muane).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com