Nopember 2008
OMBAK BERKEJARAN SALING BERSAPA
Duka nestapa, bahagia tidak di dunia
Serangkaian sareat cuma di sini, disisi-sisi tak berarti
Bila belati terhunus, aku pikir hidup ini cuma irisan puisi
Selanjutnya mengandung lelah
Sementara otak-otak terus dibuai badai
Seperti air, penyair mengisi bejana kehidupan
Ada gelombang besar tapi juga riak ombak
Ada biru langit, panas matahari tapi juga pelangi
Ada kau yang mripatnya awas mengasihi.
Nopember 2008
KALAM TUHAN YANG TERKIRIM
- dari seorang kawan Rofi’i Dimyati dalam pesan singkatnya.
Kalam tuhan yang terbentang, jangan kau tafsirkan
sebagai anugrah atau limpahan karunia, sebab
hakekat hidup membasuh luka dengan tanah
kelahiran, dan sesekali melumuri wajah dengan debu
di ujung sepatumu
cahaya fajar mengajarkanmu tayamum
sebelum kau sentuh air kehidupan.
Siapa yang mengajari membaca sebelum kita bisa baca tulis
Mentransfer fikir sebagai perahu seraya membelah jala kehidupan
Membuka cakrawala luas manakala badai puting beliung membacakan
ayat-ayat Tuhan
Jejak langkah merayu segenggam perjamuan ini sejak, maaf, kikir
bersabda
Selebihnya mengalir sebagaimana air.
Nopember 2008
PUISI DI KEPALA TUMBUH SERABUT CINTA