Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puisi-puisi M Enthieh Mudakir

Kompas.com - 05/12/2008, 02:21 WIB

Nopember 2008

OMBAK BERKEJARAN SALING BERSAPA

Duka nestapa, bahagia tidak di dunia
Serangkaian sareat cuma di sini, disisi-sisi tak berarti
Bila belati terhunus, aku pikir hidup ini cuma irisan puisi
Selanjutnya mengandung lelah
Sementara otak-otak terus dibuai badai

Seperti air, penyair mengisi bejana kehidupan
Ada gelombang besar tapi juga riak ombak
Ada biru langit, panas matahari tapi juga pelangi
Ada kau yang mripatnya awas mengasihi.


Nopember 2008

KALAM TUHAN YANG TERKIRIM
- dari seorang kawan Rofi’i Dimyati dalam pesan singkatnya.

Kalam tuhan yang terbentang, jangan kau tafsirkan
sebagai anugrah atau limpahan karunia, sebab
hakekat hidup membasuh luka dengan tanah
kelahiran, dan sesekali melumuri wajah dengan debu
                      di ujung sepatumu
cahaya fajar mengajarkanmu tayamum
sebelum kau sentuh air kehidupan.

Siapa yang mengajari membaca sebelum kita bisa baca tulis
Mentransfer fikir sebagai perahu seraya membelah jala kehidupan
Membuka cakrawala luas manakala badai puting beliung membacakan
                                              ayat-ayat Tuhan   
Jejak langkah merayu segenggam perjamuan ini sejak, maaf, kikir
    bersabda
 Selebihnya mengalir sebagaimana air.  


Nopember 2008

PUISI DI KEPALA TUMBUH SERABUT CINTA

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com