Berisiko tinggi
Kondisi kesehatan 118 orang dari 445 orang jemaah haji Medan kloter pertama terdeteksi berisiko tinggi. Mereka terdata berumur lebih dari 60 tahun yang rentan dengan serangan jantung dan infeksi saluran pernapasan atas. Padahal, mereka akan menjalani ibadah haji dengan kondisi berat di Mekkah, Arab Saudi.
”Panitia mengetahui risiko kesehatan jemaah haji setelah ada pemeriksan kesehatan. Sebagian pemerintah daerah mengirimkan catatan kesehatan jemaah. Di sini pemeriksaan terakhir sebelum berangkat,” kata Koordinator Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Medan Solehudin Sagala.
Tim kesehatan memeriksa tekanan darah dan kondisi jantung. Jumlah mereka yang berisiko tinggi, katanya, bisa bertambah karena mungkin saja mereka yang berusia di bawah 60 tahun menderita sakit serius.
Sekretaris PPIH Embarkasi Medan Abdurrahman Harahap mengatakan, jemaah haji yang berisiko tinggi terekam dalam dokumen petugas. PPIH akan memberi tanda khusus bagi mereka yang kesehatannya terganggu. ”Kami masih mencari formula bentuk tanda ini,” katanya.
Abdurrahman meminta jemaah haji agar membawa obat- obatan yang diperlukan. Dia juga meminta agar jemaah haji menjaga kesehatan selama berada di Mekkah.
Ketua PPIH Jawa Tengah Masyhudi mengutarakan, jemaah haji yang akan diberangkatkan dari Embarkasi Adisumarmo total berjumlah 33.099 orang, yang terbagi menjadi 82 kloter. Sebanyak 32.548 jemaah baru pertama kali melaksanakan ibadah haji. Jemaah haji yang berusia 51-60 tahun mendominasi dengan porsi 30 persen. Jemaah haji termuda berusia 17 tahun dan tertua 98 tahun.
Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo berpesan agar pelayanan makanan jemaah haji, baik di atas pesawat maupun saat tiba di Tanah Suci, diperhatikan secara serius.
”Saya meminta makanan di pesawat benar-benar steril. Jemaah yang berangkat ada yang petani, pedagang. Ada yang sepuh, ada juga yang muda. Lama perjalanan juga harus mendapat perhatian karena waktu tempuh antara 9 jam dan 10 jam,” kata Bibit.
Bibit berharap pelayanan makanan tahun ini tak mengulang insiden yang terjadi beberapa tahun lalu sehingga menyebabkan jemaah haji terlambat mendapat makanan.
”Untuk naik haji, bayar berapa besarnya, jemaah sudah setuju. Sebagai kebalikannya, penyelenggara juga harus setuju untuk melayani dengan baik. Ngono loh,” kata Bibit.