Aku jauh di tikungan entah
memimpikan anggur-anggur
lampu-lampu jalan
dan ciuman lekasmu di Lovina
Kini, apa yang dibayangkan sampan terakhir di Lovina?
Kota utara yang lain
Ada banyak cerita tentang megah istana
Dan silsilah indah para raja
Tapi satu luput dari ingatan
Dari ukiran dinding candi
---kisah setia sepasang prajurit
mengadu nasib baik di bawah jembatan---
Orang-orang datang dari seberang
Topi coklat mereka mengangankan surga
Sedang seorang kelana memahat syair tripitaka
Di tembok kota
Angin lovina pun mengembara
Di telapak Sang Budha
Kota ini adalah anggur ranum
untuk kelana yang ingin hujan ;
kursi tunggu kosong
di stasiun ;
baris doa di malam purnama ;
wajah-wajah tengadah
di Lovina
Pagi Hari
: jl. nangka
Aku berlarian
ingin kunaiki gerobak tua bocah itu
meniru kaleng-kaleng yang tak mau diam
ingin jadi mainan
Di ujung tikungan
tak ada jalan lain
selain gerbang biru rumahmu
tak ada pohon atau angin dingin
cuma aku dan sebuah bangku
Aku datang
aku tak punya siapa-siapa
seperti pelangi yang datang
namun tak menemukan hujan
Aku berlarian
sepertinya ada teduh yang mesti disentuh
bulan pualam yang tak lagi milik malam
atau rambut merah bocah itu