Di ANTARA orang terdekat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), nama Heru Lelono adalah salah seorang figur yang ikut memuluskan SBY meraih kursi kepresidenan pada tahu 2004 lalu. Bahkan, kemanapun SBY melakukan kampanye, Heru Lelono harus terus berada di dekatnya. Heru pulalah yang sukses mengumpulkan para tokoh yang ketika itu pro dengan SBY, di Markas Gerakan Indonesia (GIB) Bersatu, Jalan Wijaya IX Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Hingga kini, Heru Lelono tetap dikenal sebagai tokoh yang dekat dengan Presiden SBY, namun tetap menjadi loyalis PDI Perjuangan. Dalam satu kesempatan, Heru kerap menyatakan hatinya tetap di PDI-P. Dulu, Heru Lelono memang dikenal sebagai orang dekat Megawati Soekarnoputri. Namun, tahun 2004, Heru mulai berani berseberangan dengan Mega, memberanikan diri mendukung SBY.
Sekitar tahun 1997-an Heru Lelono sudah memiliki posisi penting di PDI. Heru Lelono, menjabat sebagai Balitbang PDI yang ketika itu berkantor di kawasan Kemang. Heru, dikenal begitu dekat dengan Suko Sudarso, salah seorang pentolah GMNI. Pada Kongres PDI Perjuangan tahun 2000, menurut cerita petinggi PDI Perjuangan yang mengaku sungkan bila namanya disebut ini menjelaskan, Heru, ketika itu kemudian dikenal sangat dekat pula dengan Widjanarko Puspoyo (mantan Kabulog) yang begitu berkeinginan agar Megawati Soekarnoputri kembali menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan.
Singkat cerita, berkat usaha Heru Lelono, kemudian Wijanarko tetap menjabat sebagai kabulog sampai pada era tiga pemerintahahan. Era pemerintahan Gus Dur, Megawati sampai Presiden SBY yang pada pertengahan jabatannya terpaksa lengser juga.
Setelah Kongres PDI Perjuangan tahun 2000, Heru Lelono kemudian aktif mempromosikan SBY sebagai RI 2, mendampingi Megawati Soekarnoputri. Namun, usaha itu gagal lantaran ada konstelasi politik tingkat tinggi ketika itu. Konstelasi politik berhadapan dengan Gus Dur bersama kelompok poros tengah. Pada akhirnya, Megawati kemudian memilih Hamzah Haz sebagai wakil presiden untuk meredam kekuatan poros tengah.
Heru Lelono tak surut berusaha. Keinginannya pun berubah, menginginknan SBY untuk dijadikan sebagai orang nomor satu dinegeri ini, pada saat itu kemudian digagaslah Gerakan Indonesia Bersatu (GIB) sebagai think-thank persiapan SBY meraih kekuasaan.
Dalam satu kesempatan, Heru Lelono mulai sering terlihat mendampingi SBY. Sejak awal kampanye Pilpres (2004) hingga sekarang ini. Bahkan, kedekatannya dengan SBY yang berhasil menduduki RI satu, tak membuat Heru Lelono susah untuk bisa berhubungan secara langsung. Heru Lelono memiliki jalur khusus untuk bisa berkomunikasi dengan Presiden SBY.
"Dulu, ekpektasi Heru Lelono bersama Suko Sudarso adalah menduetkan, SBY sebagai RI 2 untuk mendampingi Megawati. Kemudian menjadi bola liar, SBY berhasil menjadi RI 1 akibat ada yang mendeskreditkan SBY soal jenderal kancil, kerap kampanye untuk diri sendiri dan lain-lain. Inilah yang kemudian skenario RI 2 berubah menjadi RI 1. Saya dulu juga diajak bergabung dan aktif di Gerakan Indonesia Bersatu (GIB) tapi saya tolak lantaran saya lebih mencintai figur Megawati," cerita salah seorang petinggi PDI-P.
Petinggi PDI Perjuangan ini kemudian bercerita lagi. Heru Lelono yang makin dekat dengan Presiden SBY, kehidupannya, makin sukses saja. Heru kemudian mulai berpindah-pindah rumah. Awalnya memiliki rumah di Bintaro, kemudian di Bumi Karang Indah - Pondok Indah- Radio Dalam hingga Wijaya 9.
Selain sebagai Staf Khusus SBY, Heru Lelono juga Komisaris di PT Sarana Harapan Indo Grup, yang menaungi sejumlah perusahaan seperti PT Sarana Harapan Indopangan, PT Sarana Harapan Indopower bidang energi dan PT Sarana Harapan Indihidro.
"Jika mengenal Heru Lelono lebih dekat, saya menganggapnya dia lebih tepat dikatakan sebagai calo politik. Karena bisa memfasilitasi orang untuk mendapat jabatan penting. Bisa dikatakan, lingkaran dalam Istana adalah Suko Sudarso, Heru Lelono. Sudi Silalahi, dan Mohammad Ma'ruf. Saya jadi teringat, dulu SBY enggan berangkat kampanye sebelum Heru Lelono tiba di Ciekas," ungkapnya lagi.
Kini sejarah mencatat, Heru Lelono selain gagal menduetkan SBY dengan Megawati tahun 200 lalu, gagal pula menyukseskan proyek Blue Energy dan proyek benih padi Supertoy. (Persda Network/Rachmat Hidayat)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.