Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Burhanuddin, Kini Miranda Goeltom?

Kompas.com - 20/08/2008, 05:06 WIB

KASUS aliran dana Bank Indonesia (BI) kembali menggelinding. Bukan soal gonjang-ganjing dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) dan BI ke 52 anggota Komisi IX DPR RI Periode 1999-2004 yang kabarnya menghabiskan duit BI Rp 21,6 miliar.

Ini lain lagi. Kali ini soal pengakuan Agus Condro, anggota DPR Fraksi PDIP yang menerima dana Rp 500 juta pasca terpilihnya Miranda S Goeltom sebagai Deputi Senior Gubernur BI Februari 2003 silam.

Kasus ini mulai ramai dalam beberapa hari terakhir. Apalagi menyebut-nyebut nama Miranda. Lalu, siapakah Miranda Goeltom? Nama ini tentu tak asing lagi. Apalagi di kalangan perbankan tanah air. Perjalanan karir Miranda untuk bisa menjabat Deputi Senior Gubernur BI dimulai dari bawah.

Dikutip dari ensiklopedi Tokoh Indonesia, perempuan yang rajin mengecat rambutnya ini lahir di Jakarta, 19 Juni 1949. Dia menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), meraih gelar Master in Political Economy di Boston University, USA dan gelar PhD dalam Ilmu Ekonomi juga dari Graduate School of Economics di Boston University, USA.

Miranda, perempuan murah senyum ini, awalnya dikenal sebagai dosen Fakultas Ekonomi UI. Dia juga aktif di kelompok kerja Dewan Moneter, anggota Tim Teknis Pengkajian Proyek Pemerintah, serta sebagai Deputi Asisten Menko Ekku Wasbang, RI.

Karir Miranda melesat. Dua periode dia menjabat deputi Gubernur BI tepatnya periode  1997-1999 dan 1999-2003. Kinerjanya juga dianggap gemilang.

Tak salah, saat pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, Miranda diajukan sebagai satu dari tiga calon Gubernur Bank Indonesia (BI) untuk menggantikan Syahril Sabirin yang berakhir masa jabatannya, 17 Mei 2003. Miranda bersaing memperebutkan kursi Gubernur BI dengan dua pesaingnya Burhanuddin Abdullah dan Cyrillus Harinowo.

Namun hasil fit and proper test yang diakhiri dengan voting di Komisi IX DPR RI (waktu itu komisi perbankan dan keuangan) tidak memilih Miranda. Dia hanya meraih simpati 18 suara anggota Komisi IX DPR. Kalah dari Burhanuddin yang meraih 34 suara sementara Cyrillus Harinowo tidak meraih satu suara pun.

Tidak terpilih menjadi Gubernur BI, Presiden Megawati kembali mengajukan dia sebagai calon Deputi Senior Gubernur BI bersama S Budi Rochadi dan Hartadi A Sarwono.

Dan ternyata pilihan Komisi IX DPR RI tertuju untuk Miranda. Sebanyak 54 anggota Komisi IX DPR RI yang hadir sepakat memberi 41 suara ke Miranda. Sisanya S Budi Rochadi (12 suara) dan Hartadi A Sarwono (1 suara). Kemudian ia dilantik Ketua MA Bagir Manan, Selasa 27 Juli 2004 untuk masa jabatan 2004-2008.

Dari sinilah pangkal masalahnya. Seperti yang diutarakan Agus Condro (mantan anggota Komisi IX DPR RI waktu itu), mengaku mendapatkan uang Rp 500 juta beberapa hari setelah pemilihan tersebut. Namun sejauh ini Miranda belum bisa dikonfirmasi.

Sejumlah kalangan mendesak kasus ini segera dituntaskan. Termasuk ekonom INDEF Iman Sugema. "KPK tak boleh tebang pilih. Citra BI harus dibersihkan," kata Iman yang pernah disebut-sebut akan dicalonkan menjadi Gubernur BI Periode 2008-2013 itu.

Nah bagaimana kelanjutan kisah Miranda? Akankah kasus ini mengikuti drama kasus "yang hampir serupa" yakni kasus dugaan aliran dana YPPI dan BI ke anggota DPR RI yang membuat Mantan Gubernur Burhanuddin Abdullah kini berada di rumah tahanan Mabes Polri Jakarta? Kita tunggu saja! (Aco)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

Jokowi Bakal Jadi Penasihatnya di Pemerintahan, Prabowo: Sangat Menguntungkan Bangsa

Nasional
Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Soal Jatah Menteri Demokrat, AHY: Kami Pilih Tak Berikan Beban ke Pak Prabowo

Nasional
Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

Prabowo: Saya Setiap Saat Siap untuk Komunikasi dengan Megawati

Nasional
Tak Setuju Istilah 'Presidential Club', Prabowo: Enggak Usah Bikin Klub, Minum Kopi Saja

Tak Setuju Istilah "Presidential Club", Prabowo: Enggak Usah Bikin Klub, Minum Kopi Saja

Nasional
1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

1.168 Narapidana Buddha Terima Remisi Khusus Waisak 2024

Nasional
Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Menteri AHY Usulkan Pembentukan Badan Air Nasional pada WWF 2024

Nasional
Hormati jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Hormati jika PDI-P Pilih di Luar Pemerintahan, Prabowo: Kita Tetap Bersahabat

Nasional
Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Setiap Hari, 100-an Jemaah Haji Tersasar di Madinah

Nasional
PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

Nasional
KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan dalam Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com