JAKARTA, RABU - Empat tokoh yang dinilai berprestasi luar biasa dan inovatif di bidangnya, Kamis (14/8) malam, akan menerima Penghargaan Achmad Bakrie 2008. Tradisi pemberian penghargaan sejak 2003, diselenggarakan setiap menjelang Hari Kemerdekaan ini, dilakukan Freedom Institute untuk menghargai dunia pemikiran dan kreativitas pada bidang sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
"Penghargaan Achmad Bakrie 2008 ini semacam hadiah Nobelnya Indonesia. Mereka dihargai bukan karena satu per satu karyanya, tapi menghargai berbagai macam kepeloporan atau inovasi yang dilakukan sepanjang hidupnya. Ini skenario besar untuk memberikan penghargaan ilmiah," kata Juru Bicara Dewan Juri Penghargaan Achmad Bakrie 2008, Hamid Basyaib, di Jakarta, Rabu (14/8).
Tujuh juri yang namanya sengaja dirahasiakan untuk menjaga independensinya, telah menetapkan Taufik Abdullah penerima penghargaan untuk Pemikiran Sosial, Sutardji Calzoum Bachri untuk kesusastraan, Mulyanto untuk Kedokteran, Laksana Tri Handoko untuk Sains, dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit untuk Teknologi. Hamid Basyaib menjelaskan, Taufik Abdullah terpilih karena ia ilmuwan sosial yang menyadari pentingnya pandangan multidimensional terhadap sejarah.
Penulisan sejarah tak cukup hanya bermodalkan pengetahuan tentang kronologi peristiwa. Disiplin keilmuan seperti sosiologi, antropologi, politik, dan ekonomi, merupakan instrumen penting dalam melihat peristiwa kesejarahan di masa silam. Taufik Abdullah berpandangan bahwa sejarah harus dibiarkan sebagai wacana intelektual. Ia tidak boleh menjadi alat propaganda.
Sedang Sutardji, dalam puisinya bahasa Indonesia tampak sangat modern, pascamodern, sekaligus purba. Kiprahnya adalah usaha yang diada henti dalam merebut kembali hidup kata yang terlanjur dibeku-bakukan dalam kamus dan konvensi. Puisi Sutardji menyadarkan kita bahwa ada banyak modus komunikasi yang terjadi di luar bahasa. Bahasa seakan dikembalikan kepada kondisinya sebelum ia tunduk kepada hukum tata bahasa.
Mulyanto, menurut penilaian dewan juri, keahliannya sebagai dokter telah membuktikan memenuhi standar akademis internasional. Ia terpilih karena ketekunan, semangat untuk mengaitkan diri dengan komunitas ilmiah global, komitmen penuh pada bidang ilmunya, dan kegigihan untuk menyediakan sarana kesehatan yang terjangkau masyarakat miskin dapat membuahkan hasil yang hebat, sangat praktis, murah dan melampaui capaian pada koleganya di negara-negara maju.
Sementara Laksana Tri Handoko, adalah satu dari sejumlah fisikawan di dunia ini yang merintis usaha memburu partikel Higgs, yakni partikel hipotetis yang bisa menjawab pertanyaan dari mana asal usul massa materi. Dirumuskan dalam bahasa umum, pertanyaan ini berbunyi mengapa benda mempunyai berat. Belasan publikasi di jurnal fisika tingkat dunia telah ia hasilkan baik berupa karya mandiri maupun dalam kolaborasi dengan fisikawan lain.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Sumatera Utara ditetapkan penerima di bidang teknologi karena dengan meneliti, menghimpun, dan menemukan berbagai pengetahuan dan teknologi kepala sawit. Lembaga ini termasuk paling maju di dunia dalam bidangnya. Banyak negara mengandalkan rencana pengembangan perekonomian kelapa sawit kepadanya. Dengan sumbangannya pula, sejak 2007 Indonesia menjadi negara penghasil minyak sawit mentah terbesar di dunia, dan produk sawit menjadi komoditas ekspor terbesar negara kita setelah minyak dan gas alam.
Masing-masing penerima Penghargaan Achmad Bakrie 2008 akan mendapat hadiah uang Rp150 juta, meningkat dibanding tahun 2007 yang hanya Rp100 juta. "Hadiah uang ini tak apa-apanya jika dibandingkan dengan pengabdian tokoh-tokoh dan lembaga tersebut, yang terhitung puluhan tahun. Kecuali, sekadar pendorong lembaga-lembaga lain untuk memberikan penghargaan kepada orang-orang Indonesia yang berprestasi dan konsisten," ujar Hamid.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.