Yaqut menyebut bahwa sidang isbat dilakukan demi memperdamaikan perbedaan yang ada.
"Soal konsekuensi anggaran seberapa besar sih yang digunakan untuk sidang isbat, kalau dikatakan besar, disebut nilainya enggak?" ujar Yaqut saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (18/3/2024).
"Apakah itu nilai yang dikeluarkan dalam sidang isbat itu worth it atau tidak sih dengan usaha untuk memperdamaikan perbedaan yang ada, tidak menyamakan loh ya, memperdamaikan perbedaan-perbedaan yang mungkin muncul, menurut saya worth it," katanya lagi.
Yaqut mengatakan, sebelum sidang isbat dihelat, maka pemerintah belum menentukan kapan awal Dzulhijah, Ramadhan, dan Syawal.
Dia lantas menyebut bahwa Muhammadiyah sebagai pihak yang juga mengusulkan diadakan sidang isbat.
"Sidang isbat ini dulu ada karena salah satunya adalah usulan dari saudara-saudara kita Muhammadiyah, ya untuk merekonsiliasi perbedaan-perbedaan yang mungkin terjadi dalam penetapan 3 tadi itu," ujar Yaqut.
"Dan ini bagus, ini barang yang bagus. Karena kita tahu kita ini, majemuk, negara kita ini majemuk dan pilihan-pilihan ekspresi keagamaan pun macam-macam. Maka ada sidang isbat sebagai salah satu cara untuk menengahi segala perbedaan yang terjadi dan itu bagus," katanya.
Muhammadiyah kritik sidang isbat cuma buang anggaran
Sebelumnya, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Muti menyarankan agar Kemenag tidak lagi menggelar sidang isbat penentuan awal Ramadhan 1445 Hijriyah.
Sebab, menurut Abdul, pemerintah sudah menyepakati kriteria bulan baru Hijriyah bersama Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) dengan kriteria tinggi posisi bulan tiga derajat di atas ufuk dan sudut elongasi di atas 6,4 derajat.
Sedangkan dari perhitungan astronomi, sudah diprediksi bahwa saat sidang isbat 10 Maret posisi bulan berada di bawah kriteria MABIMS.
"Pemerintah menggunakan kriteria MABIMS di mana salah satu syarat adalah posisi hilal tiga derajat di atas ufuk. Pada saat awal Ramadan (10 Maret), posisi hilal di bawah satu derajat," katanya kepada Kompas.com melalui pesan singkat pada 8 Maret 2024.
Abdul Muti juga mengatakan, sidang isbat penentuan hari raya Idul Fitri tak diperlukan karena sudah terhitung ketinggian bulan di akhir Ramadhan 1445 H mencapai enam derajat sehingga memenuhi kriteria MABIMS.
"Pada saat akhir Ramadan posisi jauh di atas enam derajat," ujar Abdul Muti.
Dia menilai, sidang isbat tak perlu digelar karena pergerakan bulan dan benda langit sudah bisa dihitung secara presisi di masa kini untuk menentukan waktu ibadah puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Oleh karenanya, menggelar sidang isbat pada sesuatu yang sudah bisa dihitung sebelumnya kemungkinan bisa membuang anggaran.
"Dengan tidak diadakan isbat, lebih menghemat anggaran negara yang secara keuangan sedang tidak baik-baik saja," ujar Abdul Muti.
Penjelasan Kemenag
Kasubdit Hisab Rukyat dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama Ismail Fahmi menjawab kritik dari Muhammadiyah yang menyebut sidang isbat sebagai bentuk pemborosan anggaran negara.
Ismail mengatakan, Kemenag siap mengeluarkan anggaran jika untuk kepentingan umat. Dia juga menilai sidang isbat sebagai kepentingan umat.
"Bagi saya kalau untuk kepentingan umat berapa pun kami siap berikan yang penting itu untuk kepentingan umat," katanya saat ditemui di Gedung BJ Habibie, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta Pusat, Jumat (8/3/2024).
Menurut Ismail, dalam sidang isbat akan terjadi forum silaturahmi yang bermanfaat untuk umat Islam.
Dalam forum itu juga akan ada penyediaan makanan untuk dikonsumsi bersama sehingga sidang isbat bisa membangkitkan ekonomi umat.
"Istilahnya untuk membangkitkan ekonomi umat, terus juga setting panggung, setting apa, alhamdulillah ada pemasukan juga, dan anggaran enggak bakalan di luar yang semestinya," ujar Ismail.
https://nasional.kompas.com/read/2024/03/18/20061431/dikritik-buang-anggaran-menag-yaqut-nilai-yang-dikeluarkan-untuk-sidang