Salin Artikel

Rakyat Ingin Beras Semudah Saat Kampanye...

HARAPAN sekaligus “jeritan” Sri Maryati kini seakan menjadi representasi dari suara-suara kepedihan. Pesta Pemilihan Umum (Pemilu) telah usai – walau masih banyak meninggalkan catatan kecurangan – kini rakyat disuguhkan dengan kesusahan yang mendalam.

Warga di beberapa daerah kini mulai rela antre, meluangkan waktu demi mendapatkan harga beras murah. Sejumlah warga Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah rela antre berdesakan demi dapat membeli satu kantong beras murah berisi 5 kilogram.

Operasi pasar yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Grobogan membandrol harga beras medium tersebut senilai Rp 10.200 per kilogram. Lantaran murah, warga rela berebut mendapatkan beras seharga Rp 51.000 per kantong di depan pintu bak truk.

Pemkab Grobogan menyediakan sebanyak tiga ton beras untuk operasi pasar dalam rangka membantu warga kurang mampu akibat kenaikan harga beras (Kompas.tv, 25 Februari 2024).

Tidak hanya di Grobogan, masih di Jawa Tengah tepatnya di Purworejo beras pun menjadi primadona. Harga Beras di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah semakin mahal. Beras premium saat ini mencapai Rp 17.000 per kilogramnya.

Salah satu penjual beras di Pasar Baledono, Asfari (51) mengatakan, banyak warga yang beralih ke beras lebih murah. Salah satunya adalah beras subsidi dari pemerintah.

Beras berlabel SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) itu menjadi rebutan warga. Bahkan, pembelian beras SPHP tersebut harus antre seminggu untuk mendapatkannya (Kompas.com, 23/02/2024).

Karawang yang dikenal sebagai sentra penghasil beras di Jawa Barat, kini warganya juga dilanda “demam” antre beras.

Warga Karawang harus antre untuk membeli beras murah di Desa Pinayungan Kecamatan Telukjambe Timur, Jumat (23/2/2024).

Hanya dalam waktu satu jam, 6 ton beras ukuran 5 kilogram ludes dibeli warga. Penyelenggara bahkan harus menambah 2 ton beras lagi untuk memenuhi permintaan warga yang sudah terlanjur antre (Sindonews.com, 23 Februari 2024).

Kantor berita asing seperti BBC mencatat, pemandangan antre beras juga terjadi di Sumedang, Bandung, Bekasi, hingga Probolinggo, Jawa Timur.

Menurut Sekjen Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas) Ngadiran, kenaikan harga beras terjadi sejak empat bulan lalu.

Semula harga beras medium Rp 9.000 - Rp 10.000 per kilogram. Harga naik pelan-pelan hingga sekarang pada Rabu (21/02/2024), menyentuh angka Rp 13.000 - Rp 14.000 per kilogram.

Sedangkan beras premium, sebelumnya berada di kisaran Rp 12.000 - Rp14.000 per kilogram. Namun merangkak terus sampai di harga Rp 17.000 - hingga Rp 18.000 per kilogram.

Adapun untuk harga sekarung beras medium kini sudah Rp 700.000 di pasar induk dan beras premium sekarungnya Rp 800.000.

Padahal sebelumnya, beras medium sekarung atau isi 50 kilogram itu berharga Rp 485.000 atau paling mahal Rp 500.000.

Sepanjang 40 tahun lebih Ngadiran berdagang di pasar induk, kenaikan harga beras pada tahun ini adalah yang paling tinggi dalam sejarah.

Masih menurut Ngadiran, kenaikan harga beras sekarang ini paling tidak jelas dan tidak bisa diduga. Dampaknya pun terasa, pembeli dari kalangan ibu rumah tangga berkurang dan kalaupun membeli pasti lebih sedikit dari sebelumnya. Kalau dulu orang kebanyakan bisa beli bisa 10 liter, sekarang cuma lima liter paling banyak (Bbc.com, 22 Februari 2024).

Semakin langka

Bagi mereka yang pernah mengalami peristiwa jelang jatuhnya rezim Soeharto di paruh 1997 – 1998, saat itu beras masih mudah didapat. Saya hanya mengalami langkanya susu untuk anak-anak di berbagai toko swalayan di Jakarta.

Kini tidak hanya berharga mahal, beras pun kerap “menghilang” di banyak gerai swalayan. Stok beras di ritel modern di wilayah Jakarta Selatan mulai langka. Di Alfamart Mampang Prapatan pun beras bahkan sudah kosong sejak sebulan lalu.

Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, Selasa (20/2), di Alfamart tersebut beras sudah kosong. Dalam rak beras cuma tersisa dua kantong beras merah kemasan 5 kilogram.

Sedangkan, untuk beras putih premium stoknya lenyap. Salah seorang karyawan Alfamart yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kiriman beras sudah tidak datang sejak sebulan belakangan (Cnnindonesia.com, 20 Februari 2024).

Selama hampir sebulan dari Januari hingga Februari ini, saya lebih banyak tinggal di Tarakan, Kalimantan Utara.

Beberapa warung makan di Tarakan meluncurkan “strategi baru” agar harga jual makanan tidak terkerek naik gara-gara beras berharga mahal. Harga diupayakan tetap, tetapi porsinya semakin berkurang.

Beberapa waktu lalu, dengan harga Rp 35.000 bisa kenyang menyantap nasi kuning Sukaria di Kawasan Karanganyar, Tarakan, kini dengan uang yang sama perut terasa masih belum padat.

Ternyata tidak hanya di Tarakan, sejumlah pelaku usaha warung makan di kota dan kabupaten Magelang, Jawa Tengah juga terpaksa menyiasati kenaikan harga beras dengan membatasi porsi nasi yang mereka jual. Sebisa mungkin mereka tidak menaikkan harga agar tidak kehilangan pelanggan.

Satimin (46), salah satu pemilik warung makan di Kelurahan Panjang, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang menuturkan jika sebelumnya dia membebaskan porsi nasi yang diminta pelanggan.

Namun sejak harga beras mencapai Rp 15.000 per kilogram, porsi nasi pun diperhatikannya dengan lebih saksama.

Satimin yang sudah berjualan makanan selama 17 tahun “mengakali” jika pelanggan meminta lebih banyak dari takaran yang ditetapkannya maka harga porsi makanan dinaikkan Rp 500 dibandingkan porsi biasa (Kompas.id, 22 Februari 2024).

Saya tidak bisa membayangkan di tengah kesulitan rakyat mencari penghidupan, kini masih harus pula sengsara mencari harga beras murah. Sudah berharga mahal, langka pula.

Selama kampanye demi memikat hati rakyat agar memilih sesuai arahan dan kehendak rezim yang berkuasa, digelontarkan bantuan sosial berupa beras di mana-mana. Rakyat terbuai karena perutnya – untuk sementara waktu – dibuaikan dengan rasa kenyang.

Ketika kenyang sesaat telah usai, kini rakyat harus siap untuk bangun dari tidurnya untuk menghadapi realita yang ada. Alih-alih mendapat solusi cerdas, kita dibuat kaget dengan pernyataan pembantu presiden.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menyebut tidak semua jenis beras mengalami kenaikan harga, melainkan hanya beras premium produksi lokal karena stok produksinya berkurang. Sementara beras impor masih tersedia dengan harga terjangkau.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu bilang yang naik dan langka hanya beras lokal atau premium. Pemerintah telah membanjiri pasar dengan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) subsidi komersial Bulog, mutu berasnya tidak kalah bagus.

Dengan bangganya sang menteri itu menyebut pemerintah telah impor hampir 4 juta ton, on going 2 juta lebih, sementara stok Bulog 1,4 juta ton.

Dia malah menyarankan masyarakat agar beralih dari beras premium petani lokal menjadi beras Bulog dari luar negeri seperti Vietnam dan Pakistan yang harganya tidak naik karena dijamin pemerintah.

Sebagai informasi, harga SPHP di Rp 10.900,- per kilogram untuk Pulau Jawa-Bali-Sumatra (Cnbcindonesia.com, 20 Februari 2024).

Ketika komoditi menjadi langka, maka langkah impor menjadi pembenar dan sekali lagi, petani lokal tidak menjadi “tuan” di negerinya sendiri. Rakyat disuruh makan beras murah, maka yang berkuasa boleh makan beras berharga mahal.

Saya jadi teringat dengan gemblengan mendiang George Aditjondro saat saya sebagai aktivis pers kampus Warta Universitas Indonesia menghadiri pertemuan di Jakarta sekitar 1997.

Aditjondro selalu mewanti-wanti agar kalangan muda untuk mencermati “politik beras” yang selalu digunakan rezim Orde Baru untuk membungkam suara kritis rakyatnya.

Kestabilan politik di rezim Soeharto selalu ditopang dengan ketersedian beras yang dibutuhkan rakyatnya. Selama beras tersedia dan terjangkau dengan daya beli rakyatnya, maka kekuasaan bisa berjalan tanpa gangguan.

Anggap saja kelangkaan beras saat ini sebagai “raison d’etre” jelang pelaksanaan program makan siang dan susu gratis yang akan dijalankan oleh rezim yang baru.

Sebagian rakyat yang telah memilih presiden dan wakilnya tentu berharap – entah apa namanya kelak – Kementerian Urusan Katering atau Kementerian Pembagian Makan Siang & Susu Gratis bisa mengatasi solusi rakyat yang lapar.

Rakyat yang lapar kini butuh beras semudah saat kampanye kemarin, yang dibanjiri beras Bansos di mana-mana.

Kenapa saat kampanye beras berlimpah dan saat yang “dimenangkan” tertawa renyah malah beras menjadi langka?

https://nasional.kompas.com/read/2024/02/26/07000051/rakyat-ingin-beras-semudah-saat-kampanye-

Terkini Lainnya

Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Nasional
Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Nasional
Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Nasional
Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Nasional
Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Nasional
Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Nasional
Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Nasional
Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Nasional
PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

Nasional
Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Nasional
Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Nasional
Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Nasional
Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Nasional
Menaker: Pancasila Jadi Bintang Penuntun Indonesia di Era Globalisasi

Menaker: Pancasila Jadi Bintang Penuntun Indonesia di Era Globalisasi

Nasional
Momen Jokowi 'Nge-Vlog' Pakai Baju Adat Jelang Upacara di Riau

Momen Jokowi "Nge-Vlog" Pakai Baju Adat Jelang Upacara di Riau

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke