Ketiga pasangan capres dan cawapres sudah bekerja keras dengan tim masing-masing untuk menyusun visi dan misi, juga program-program andalan. Kita hargai.
Dari segi judul perbedaan antara ketiganya menyolok: Perubahan, Maju dan Unggul. Namun dari segi kedalamannya, banyak persamaan dan kurang menunjukkan karakter masing-masing.
Kita pahami tim yang handal dari masing-masing, tetapi warga tetap berhak mendapat penjabaran lebih gamblang.
Ketiganya menguasai pemerintahan karena pengalaman yang selevel. Ketiganya mempunyai akses kurang lebih sama pada data dan kebijakan.
Bagaimana mengungkapkannya berbeda, sesuai dengan target audiens yang dituju dan pesan yang disampaikan. Dan, karakter ideologinya sepertinya menghilang.
Delapan jalan perubahan menurut Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, sekilas menonjol lafaz perubahan itu sendiri.
Warga bisa menafsirkan dari perubahan orang-orang secara politik. Perubahan kebijakan dan kontrasnya dari pemerintahan masa kini perlu diperdengarkan lagi.
Dan dari segi isi delapan pokok itu juga mengandung persamaan dengan visi dan misi dari pasangan nomor dua dan tiga.
Unsur-unsur delapan itu, di antaranya: kemandirian pangan, pengentasan kemiskinan, kemajuan ekonomi, keadilan ekologi, sumber daya manusia, dan kebijakan politik.
Terkesan, program-program tersebut juga dijumpai pada capres-cawapres nomor urut dua dan tiga.
Sebagai warga yang menjadi audiens berhak penjelasan makna perubahan, perubahan dari mana ke mana?
Para pemilih juga berhak mengerti bagian mana yang berbeda dan bagian mana yang mungkin dipertahankan dari satu periode ke periode berikutnya.
Dalam kesempatan lain ada kurang lebih 14 langkah praktis dipenuhi dengan angka-angka, seperti poin pertama: Pertumbuhan ekonomi naik menjadi rata-rata 5,5-6,5 persen per tahun pada 2025-2029. Tidak kalah detailnya dari pasangan nomor dua.
Pada poin lima juga diterangkan: Penciptaan lapangan kerja naik menjadi lebih dari 15 juta pada 2025-2029. Ini juga Langkah konkret dan terjabar.
Selanjutnya, warga pemilih mempunyai kesan terhadap visi dan misi pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sangat panjang dan detail.
Ada tiga puluh tiga poin, menyangkut semua hal. Bahkan visi “Bersama Indonesia Maju, Menuju Indonesia Emas 2045” menjanjikan banyak hal yang mungkin para warga juga berhak bertanya bagaimana cara melakukannya, apakah realistis atau tidak.
Misalnya, dalam poin pertama janji berani tentang HAM (Hak Asasi Manusia), kita membayangkan bagaimana eksekusinya? Apakah ini berlaku mundur atau surut ke belakang?
Semua orang masa lalu dan kini tanpa pandang bulu? Ini juga pertanyaan-pertanyaan menarik.
Dalam delapan progam dengan hasil cepat terdapat janji makan siang dan susu gratis di sekolah dan pesantren.
Bagaimana pelaksanaannya? Apakah berupa cash and carry untuk setiap siswa? Atau berupa barang jadi diantar dari kabupaten, kecamatan, desa dan lembaga-lembaga? Ataukah cukup transfer elektronik dengan berbagai model?
Terlepas dari janji yang menggembirakan, strategi realisasinya adalah persoalan lain.
Pada poin tujuh menaikkan gaji ASN (guru, dosen, kesehatan, TNI, Polri, pejabat) juga menarik. Jumlah ASN/PNS itu pasti dan mudah diakses dari pemerintah, apakah hati mereka bisa tertambat juga persoalan lain.
Pada tujuh belas program prioritas terdapat poin kedua, yaitu reformasi politik, hukum, dan birokrasi.
Sering kata maju itu sendiri adalah seiring dengan pemerintahan yang saat ini, maka jika program politik, hukum dan birokrasi diubah berarti lebih dekat dengan calon pertama Amin, yakni proyek perubahan.
Begitu juga poin ke sepuluh, yaitu pemberantasan korupsi, terkesan masuk pada program perubahan juga.
Banyak juga program yang merupakan lanjutan pemerintahan kini, seperti BLT (bantuan langsund dan tunai) pada poin ke empat pada program terbaik dan tercepat. Begitu juga perhatian pada infrastruktur, pedesaan, hilirisasi, UMKM, dan BPJS.
Judul visi dan misi pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD "Menuju Indonesia Unggul: Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari" adalah hal baru.
Kata unggul kurang dikenal di masyarakat, perlu strategi menerangkannya. Negara maritim disebut terang-terangan, tidak disebut pada pasangan nomor urut satu dan dua.
Empat makna dari unggul dan maritim perlu perjuangan untuk sampai pada telinga pemilih, sehingga mereka faham dan yakin.
Sedangkan dari delapan misi, di antaranya: manusia unggul, sains dan teknologi, ekonomi, dan pemerataan bisa terkait dengan capres-cawapres nomor satu dan dua.
Program lingkungan hidup, demokrasi substantif, dan supremasi hukum bisa menjadi pembeda dari keduanya.
Sedangkan poin kesehatan jiwa dan raga, politik luar negeri bebas dan aktif, riset dan inovasi bisa dimengerti oleh pemilih kelas menengah.
Saling tertukar dan berbagi kesamaan ketiganya menyisakan pertanyaan lain: kaburnya ideologi klasik seperti sosialis, kapitalis, liberal, nasionalis, agamis, atau konservatif.
Semua berideologi Pancasila, yang siap menampung dan menyaring semua ideologi dunia. Ataukah ideologi sudah tidak relevan?
https://nasional.kompas.com/read/2023/11/19/13244681/menangkap-persamaan-ideologi-dalam-visi-perubahan-maju-dan-unggul