Salin Artikel

Dinasti Jokowi Vs Dinasti Gandhi

Tenang aja, kak. Pasti akan dikembalikan. Lagian, itu kan kursi sudah 22 tahun, sudah mulai reot, kata adik bungsunya, Abraham Lincoln van Parepare (Abe).

Mau reot, mau mulus, mau apa saja, saya butuh kursiku, kata Gina.

Ia memang tidak bisa berbuat apapun tanpa kursi itu. Mau duduk makan, nonton Neflix, bercengkerama, Gina hanya punya satu kursi kesayangan, ya itu tadi, kursi yang dipinjam tetangga. Mereknya: Ligna.

Usut punya usut, nilai sentimental Gina pada kursi itu, ada pada iklannya: “Sekali sudah duduk, lupa berdiri.”

Waduh, pantas saja kakak uring-uringan. Kakak ternyata ingin selalu memperpanjang masa duduk di kursi yang empuk itu.

Kini saya baru paham, ternyata menduduki kursi kekuasaan itu, memang membuat kita lupa untuk meninggalkannya, jawab Abe ke Gina.

Prabowo Subianto benar, apa yang salah dengan dinasti?

Dinasti tidak ada yang salah, selama proses pergantian berjalan normal, tidak menutup kesempatan orang lain. Dan yang paling utama, tidak melabrak aturan, etika, dan moral.

Banyak orang yang mengatakan, kita ini cerewet sekali. Keluarga Kennedy dan Bush di Amerika Serikat, Marcos dan Aquino di Filipina, Gandhi di India, adalah dinasti. Kok tidak ada yang meributkannya?

Kita di Indonesia ini, Mas Gibran baru dicalonkan jadi Wakil Presiden RI, ributnya minta ampun. Bergemuruh luar biasa, kata Gina, yang memang mengampanyekan Mas Gibran.

Namun, kakak harus tahu perbedaan dinasti di negara lain dengan dinasti kita di republik ini, tangkis Abe ke Gina.

Presiden George Herbert Walker Bush (senior) memang adalah Presiden Amerika Serikat yang ke-41. Delapan tahun kemudian, putranya, George Walker Bush (Jr), naik juga jadi Presiden Amerika Serikat ke-43. Ini bisa dianggap dinasti Bush.

Di India, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru menjadi Perdana Menteri India I. Ia melahirkan putri yang bernama Indira Gandhi.

Belakangan Indira menjadi Perdana Menteri India III. Lalu, putra Indira adalah Rajiv Gandhi, juga jadi Perdana Menteri India VI. Ini jelas adalah dinasti, yakni dinasti Gandhi.

Di Filipina, Presiden Corazon Aquino, melahirkan seorang putra, Benigno Simeon Aquino III, menjadi Presiden juga, mengikuti ibunya.

Lalu, Presiden Ferdinand Marcos, melahirkan seorang putra, Ferdinand Marcos (III), ikut jejak sang ayah menjadi presiden. Ini jelas adalah dinasti Aquino dan Marcos.

Tidak ada yang salah kan dengan itu?

Yang menjadi masalah bila kita membandingkan dinasti Jokowi dengan dinasti negara-negara yang saya sebutkan tadi.

Di Amerika Serikat, Bush (jr) mengganti ayahnya dengan jerih payahnya sendiri, karena ayahnya sudah tidak menjabat lagi sebagai presiden ketika ia menjadi calon.

Begitu juga di Filipina. Aquino (Jr.) mengikuti jejak mendiang ibunya sebagai Presiden Filipina, setelah ibunya wafat dengan jarak waktu yang panjang.

Hal sama juga terjadi antara Ferdinand Marcos dengan putranya. Mendiang Ferdinand Marcos telah lama meninggal sebelum putranya dilantik menjadi presiden.

Pengalaman sama terjadi juga di India. Indira Gandhi naik jadi Perdana Menteri India setelah ayahnya meninggal. Lalu, Rajiv Gandhi naik jadi Perdana Menteri India setelah ibunya wafat.

Simpul kata, baik dinasti Bush di Amerika Serikat, dinasti Gandhi di India, maupun dinasti Marcos dan Aquino di Filipina, semuanya tidak melibatkan adanya unsur penyalahgunaan kekuasaan, karena ayah dan ibu yang digantikan oleh anak, tidak lagi memegang kekuasaan ketika anak-anak mereka terpilih.

Faktor utama inilah yang membedakan dengan dinasti Jokowi. Karena, Mas Gibran jadi calon Wakil Presiden tatkala ayahnya, Presiden Jokowi, masih sedang memegang jabatan. Maka, sak wasangka pun tidak mudah ditepis.

Hal lain yang membedakan adalah jejak panjang tentang anak-anak yang mengikuti jejak ayah dan Ibu.

Bush (Jr) adalah seorang gubernur di negara bagian Texas dan dikenal luas, sebelum mencalonkan diri jadi presiden.

Indira Gandhi banyak menduduki posisi menteri: Luar Negeri, Keuangan, Pertahanan, Informasi dan Dalam Negeri, sebelum jadi Perdana Menteri.

Rajiv Gandhi mengikuti jejak sang ibu dan kakek, menjadi perdana menteri, setelah malang melintang di partai dan Kongres.

Presiden Aquino (Jr), naik mengikuti jejak sang ibu, setelah menanam investasi sosial dan politik di Kongres dan Senat Filipina.

Ferdinand Marcos (Jr) tampil mengikuti langkah sang ayah, setelah menjadi anggota Kongres, Senat, lalu menjadi gubernur.

Maka, sangat tidak fair bila membandingkan antara dinasti Jokowi dan dinasti-dinasti yang lain tadi, untuk mengamini pencalonan Mas Gibran jadi Cawapres, tegas Abe ke Gina.

Dinasti Jokowi disoal karena orang meragukan, dengan posisinya sebagai presiden, jangan sampai ada unsur penyalahgunaan kewenangan di dalamnya.

Asumsi ini cukup beralasan karena dulu ada ikhtiar mengamandemen Konstitusi agar masa jabatan presiden bisa tiga kali. Gagal. Ikhtiar memperpanjang masa kepresidenan selama tiga tahun, juga gagal.

Dengan kegagalan itu, bisa saja Presiden Jokowi menggunakan berbagai kiat untuk menggolkan putranya sendiri menjadi Wapres, sebagai langkah awal menjadi presiden, sama dengan dirinya. Namanya usahe. Penting untuk menjaga kesinambungan dinasti, kan?

Sak wasangka ini diperkuat lagi dengan fakta, sederet nama yang disebut-sebut menjadi Cawapres sebelumnya. Misalnya saja, Khofifah Indar Parawansa, Airlangga Hartarto, Erick Tohir, Ridwan Kamil, yang telah berproses panjang, tiba-tiba raib entah di mana?

Gibran Rakabuming Raka pun melejit. Di sini masalah etik dan moralnya.

Peluang orang lain langsung ditutup karena ada putra mahkota yang harus diberi jalan pintas dan privilese, tak boleh ditandingi.

Pemberian hak-hak istimewa itu, sah saja ditafsirkan atau diyakini orang, bahwa ada unsur titah dari tahta kekuasaan. Bukan titah dari ketulusan, tegas Abe ke Gina lagi.

Gina pun langsung menimpali Abe. Bagaimana dengan dinasti Sukarno? Bagaimana dengan Puan Maharani?

Abe sontak menjawab tegas ke kakaknya. Puan Maharani itu punya keringat dan investasi jauh ke belakang.

Sejak berusia sangat belia, ia sudah ikut berjuang bersama keluarganya, membela partainya dari kesewenang-wenangan dari pelbagai rezim.

Ia selalu hadir bersama ayah dan ibunya hingga sekarang. Ia tahu dan rasakan kepedihan menjadi orang yang tertindih.

Ada luka di badan dan sanubarinya. Jadi, kalau toh ia naik ke pentas tertinggi, orang lain masih bisa memakluminya.

Lagi pula, ibunya kan tidak lagi jadi pemegang kuasa di pemerintahan di mana ia bisa menyalahgunakan kewenangannya.

Abe pun berkata ke Gina: begini saja, kakak Gina, mari saya bacakan puisi Khalil Gibran yang berjudul: “Anakmu Bukanlah Milikmu.”

Curahkan kasih sayang, tapi bukan memaksakan pikiranmu, karena mereka dikarunia pikiran sendiri

Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya
Karena jiwanya milik masa datang
Yang tak bisa kau datangi
Bahkan dalam mimpi sekali pun

Bisa saja mereka mirip dirimu
Tetapi jangan pernah menuntut mereka sepertimu
Sebab kehidupan itu menuju ke depan, dan tidak tenggelam di masa lampau.

https://nasional.kompas.com/read/2023/10/26/05450061/dinasti-jokowi-vs-dinasti-gandhi-

Terkini Lainnya

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

Nasional
PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

Nasional
Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Nasional
Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Nasional
Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Nasional
Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Nasional
Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Nasional
TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

Nasional
Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Nasional
Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Nasional
Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

Nasional
Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Nasional
Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Nasional
Wapres Kunker ke Mamuju, Saksikan Pengukuhan KDEKS Sulawesi Barat

Wapres Kunker ke Mamuju, Saksikan Pengukuhan KDEKS Sulawesi Barat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke