JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Nusakom Pratama Institute, Ari Junaedi, menilai, politikus senior Partai Golkar Jusuf Kalla (JK) punya pengaruh besar di tubuh partai beringin.
Tak heran, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI itu kerap disowani elite politik, mulai dari bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan, bakal calon wakil presiden (cawapres) Muhaimin Iskandar, hingga Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani.
“JK punya magnitude politik besar di tubuh Golkar, pernah menjadi Ketua Umum Golkar, bahkan dua kali menjadi wakil presiden selain pengusaha besar,” kata Ari kepada Kompas.com, Senin (9/10/2023).
Tak hanya di internal Golkar, kata Ari, JK juga punya pengaruh besar di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan, tempat kelahirannya.
“Setidaknya ada bagian suara Golkar yang berpotensi diambil JK. Keterwakilan etnis Bugis dan Makassar serta Sulsel dan Indonesia Timur dimiliki oleh JK,” ujarnya.
Ari pun menilai, hangatnya pertemuan JK dengan Puan Maharani beberapa waktu lalu membuka peluang kerja sama politik antara Golkar dengan PDI-P.
Golkar dinilai berpotensi meninggalkan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mendukung pencalonan presiden Prabowo Subianto, dan berpaling ke koalisi PDI-P yang mengusung bakal capres Ganjar Pranowo.
Sebagai partai besar yang selalu aktif terlibat dalam pemerintahan, menurut Ari, Golkar tidak ingin diperlakukan sebagai aksesoris politik di koalisi. Golkar dianggap ingin mencari mitra koalisi yang sepadan.
Sementara, di internal Koalisi Indonesia Maju, skenario arah politik kabarnya disusun Prabowo bersama Presiden Joko Widodo. Dengan situasi demikian, partai beringin tak punya andil besar.
“Justru jika Golkar hanya menjadi penonton di KIM, akan menurunkan derajat kepartaiannya sebagai parpol besar,” kata Ari.
Sebenarnya, lanjut Ari, Golkar tak menargetkan kursi cawapres sebagai harga mati dukungan di koalisi. Sebab, Golkar sadar bahwa ketua umum mereka, Airlangga Hartarto, elektabilitasnya belum seberapa.
Namun, buat partai beringin, paling penting adalah ruang kompromi politik yang lebih besar dan bukan hanya jadi “pajangan”.
“Golkar pasti memahami gejolak elektabilitas semua capres masih bersifat semu dan sepanjang belum dilakukan pendaftaran capres-cawapres, Golkar berhak banting setir sesuai dengan opportunity (kesempatan) politik terbaik,” tutur dosen Universitas Indonesia itu.
Yang menarik, saat berkunjung ke kediaman Kalla, Puan mengenakan baju batik dengan corak kuning, warna khas partai beringin. Ketua DPR RI itu pun mengaku tak masalah jika baju yang ia pakai dipersepsikan sebagai rayuan mengajak Golkar bergabung ke koalisi PDI-P untuk Pemilu 2024.
"Tanda-tanda mungkin ya hahaha," ujar Puan usai pertemuan.
Sabtu (7/10/2023), giliran bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan, yang mendatangi kediaman Kalla. Keduanya santap pagi bersama.
Dalam kesempatan itu, Kalla sempat memuji Anies. Ia menyebut Anies sebagai seseorang yang memiliki rekam jejak yang apik, baik saat menjabat Gubernur DKI Jakarta maupun ketika menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
"Saya kira semua itu dapat dipenuhi oleh Anies, (dia pernah menjadi) menteri, gubernur, dia leadership dengan baik, lengkap. Gitu, kan. Jadi butuh itu suatu kepemimpinan yang baik," ucap Kalla.
Sementara, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mendatangi JK pada awal Mei 2023 lalu. Kala itu, Muhaimin belum dideklarasikan sebagai bakal cawapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
PKB sendiri saat itu masih berkoalisi dengan Gerindra mendukung pencapresan Prabowo.
https://nasional.kompas.com/read/2023/10/09/14155651/disowani-puan-hingga-anies-jk-dinilai-punya-pengaruh-politik-besar