Menurutnya, hal itu sudah terjadi saat menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017-2022. Saat itu hanya ada dua partai politik dari sembilan fraksi yang memberikan dukungan, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Gerindra.
Hal itu disampaikan Anies saat merespons pernyataan ketika mengisi "Kuliah Kebangsaan" di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), Selasa (29/8/2023).
Anies ditanya, "jika terpilih jadi Presiden RI, apa yang akan dilakukan dengan partai yang tidak ikut dalam koalisi perubahan yang kini menjadi mayoritas?"
"Ada sembilan partai dalam DPRD, yang mendukung kami dua, yang tujuh tidak dalam posisi mendukung, tapi apa yang terjadi?" kata Anies.
"Persuasi, sampaikan gagasan seperti yang saya sampaikan, gagasan disampaikan argumen dibangun, data dikumpulkan sehingga itu menjadi sebuah kekuatan," ujarnya lagi.
Anies mengatakan, kebijakan yang memiliki argumen kuat akan didukung oleh masyarakat dan tidak memerlukan otot politik untuk disetujui di parlemen.
"Kalau kebijakannya tidak mementingkan kepentingan umum kemudian dia partisan, maka dia perlu otot politik buat jalan, karena kalau tidak ada otot politik ide itu tidak jalan," kata Anies.
"Kenapa? Karena dia tidak pakai data, tidak pakai dasar saintifik, karena itu dia butuh otot politik," ujarnya melanjutkan.
"Jadi saya melihat, cara itu yang harus kita gunakan," kata Anies.
Diketahui, selain Anies Baswedan, dua tokoh yang digadang-gadang sebagai bakal capres akan dihadirkan mengisi "Kuliah Kebangsaan" di FISIP UI.
Keduanya adalah bakal capres PDI-P, Ganjar Pranowo dan bakal capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
https://nasional.kompas.com/read/2023/08/29/18315481/ditanya-soal-oposisi-di-parlemen-jika-jadi-presiden-anies-sebut-didukung-2