Salin Artikel

Menerka Efek Jokowi ke Ganjar dan Prabowo, Survei Membuktikan...

Hal ini terlihat dari hasil survei Litbang Kompas pada 27 Juli-7 Agustus 2023 yang menunjukkan bahwa 18,1 persen responden akan "manut" dengan pilihan Jokowi dalam menentukan calon presiden (capres).

"Saat ini, terbilang 18,1 persen responden yang memastikan bakal memilih sosok ataupun calon presiden yang direkomendasikan oleh Presiden Jokowi," tulis Litbang Kompas, dikutip dari Harian Kompas edisi Rabu (23/8/2023).

Berdasarkan survei, proporsi responden yang memilih capres sesuai rekomendasi Jokowi perlahan-lahan bertambah sejak Juni 2022 hingga Agustus 2023.

Pada survei bulan Juni 2022, angkanya 14,6 persen. Lalu, perlahan naik ke 15,1 persen pada Oktober 2022. Kemudian, menjadi 15,2 persen pada Januari 2023; serta sebanyak 16,3 persen pada Mei 2023, dan 18,1 persen pada Agustus 2023.

Sementara itu, ada sekitar separuh bagian responden atau 49,7 persen yang masih mempertimbangkan atau menyatakan pikir-pikir sebelum menggantungkan putusan pada kualitas sosok calon yang direkomendasikan Jokowi.

Sisanya, hampir sepertiga bagian atau 32,6 persen menyatakan pasti tidak akan memilih siapa pun calon yang direkomendasikan Jokowi.

Menurut Litbang Kompas, proporsi pemilih yang mengikuti rekomendasi Jokowi soal pencapresan mengindikasikan masyarakat ingin presiden berikutnya melanjutkan program kerja dan pencapaian pemerintahan Jokowi.

"Hasil survei mengungkapkan, siapa pun sosok calon presiden yang bersaing dalam pemilu kali ini, mereka akan lebih banyak mendapat insentif elektoral jika keberlanjutan program kerja kabinet pemerintahan Jokowi menjadi pilihan program kerja," tulis Litbang Kompas.

Survei ini pun melakukan simulasi pengaruh dukungan Jokowi terhadap elektabilitas para bakal calon presiden (capres), yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.

Hasilnya, elektabilitas Prabowo bakal bertambah signifikan apabila didukung oleh Jokowi.

Menurut hasil survei pada simulasi tiga nama, Prabowo tercatat mempunyai elektabilitas sebesar 31,3 persen tertinggal dari Ganjar Pranowo yang elektabilitasnya 34,1 persen.

Akan tetapi, jika Jokowi menyatakan dukungan kepada Prabowo, elektabilitas Menteri Pertahanan itu bisa bertambah dan mengungguli Ganjar.

"Apabila dukungan Jokowi tertuju kepadanya, elektabilitas Prabowo potensial semakin bertambah. Hasil survei kali ini menunjukkan 35,1 persen yang bakal ia raih," tulis Litbang Kompas.

Di sisi lain, elektabilitas Ganjar juga berpotensi bertambah bila memperoleh dukungan dari Jokowi, tetapi dampaknya tidak sebesar pada Prabowo.

"Hasil survei menunjukkan, tidak banyak tambahan elektabilitas yang diraih Ganjar. Hasil survei memperkirakan elektabilitas Ganjar menjadi 34,9 persen saja. Hal sebaliknya terjadi pada Prabowo," tulis Litbang Kompas.

Situasi berbeda dialami oleh Anies Baswedan yang elektabilitasnya pada simulasi tiga nama berada di angka 19,2 persen, tertinggal dibandingkan Ganjar dan Prabowo.

Menurut survei Litbang Kompas, dukungan Jokowi kepada Anies kurang berdampak signifikan karena elektabilitas Anies diprediksi hanya bertambah 1,4 persen menjadi 20,6 persen.

Adapun survei juga menunjukkan bahwa mayoritas pemilih Jokowi pada Pilpres 2019 (63,6 persen) lalu cenderung akan memilih Ganjar.

Kendati demikian, survei menangkap bahwa suara pemilih Jokowi yang mengalir ke Prabowo semakin besar.

Pada survei kali ini, ada 36,4 persen pemilih Jokowi yang memilih Prabowo, naik dibandingkan 27,7 persen pada Januari 2023 dan 33,9 persen pada Mei 2023.

Eriko pun mengklaim bahwa partainya tidak perlu repot-repot berupaya mendapatkan dukungan dari Jokowi karena Jokowi adalah kader PDI-P.

Namun, ia menekankan bahwa endorsement Jokowi bukanlah jaminan bagi seorang bakal capres untuk memenangi pilpres.

"Apakah itu bisa menjamin rakyat memilih 100 persen, enggak bisa juga. Ini yang maksud saya tadi, bahwa perubahan-perubahan ke depan itu pasti ada, tinggal tergantung bagaimana kita menampilkannya," kata Eriko dalam program Satu Meja Kompas TV.

Berkaca dari hasil survei, Eriko menilai bahwa 47,9 persen yang mengaku bakal pikir-pikir untuk memilih calon presiden yang direkomendasikan oleh Jokowi adalah orang-orang yang rasional

Menurutnya, sebagai orang yang rasional, mereka akan mempertimbangkan banyak hal sebelum menentukan capres yang akan mereka pilih.

Oleh karena itu, ia tidak ambil pusing dengan persepsi yang muncul bahwa Jokowi akan memberi dukungan kepada Prabowo.

"Itu kenyataan yang ada bahwa masyarakat Indonesia sudah sangat cerdas. Oke ini sekarang endorsement Pak Jokowi, nanti ada masanya orisinalitas dari masing-masing calon dilihat sejauh apa," kata Eriko.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman meyakini bahwa elektabilitas Prabowo akan terus melesat.

Keyakinan ini didasari oleh semakin banyaknya partai politik pendukung Prabowo setelah Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) merapat.

Dukungan pemilih Jokowi yang kini perlahan-lahan beralih ke Prabowo pun dinilainya bakal menaikkan elektabilitas Prabowo.

"Kita punya potensi itu, kita maksimalkan. Lalu, ada juga soal tren dukungan pemilih Pak Jokowi yang kemudian memilih Prabowo trennya meningkat dari seperempat menjadi sepertiga," katanya dalam program yang sama.

Habiburokhman menambahkan, faktor lain yang bisa meningkatkan elektabilitas Prabowo datang dari kepuasan kinerja Menteri Pertahanan (Menhan) dalam Kabinet Indonesia Maju.

"Pengikut Jokowi, pengikut rasional. Orang yang merasa menikmati stabilitas saat ini, ekonomi bagus, orang yang merasa nyaman. Mereka inginkan keberlanjutan. Orang-orang ini akan melihat sosok yang paling paham situasi saat ini siapa? Orang yang paling banyak bekerja bersama Pak Jokowi. Maka siapa yang paling pas? (Untuk melanjutkan Jokowi)," ujarnya.

"Terkonsolidasinya basis pemilih loyal Pak Jokowi sebagian yang kemudian memberikan dukungan kepada Pak Prabowo sebenarnya juga tidak lepas dari intensitas komunikasi beliau yang semakin terbuka, semakin vulgar, dan juga semakin intens," kata Umam.

Umam mengatakan, salah satu bentuk vulgarnya sinyal dukungan Jokowi ke Prabowo terlihat pada kunjungan kerja Jokowi ke pabrik PT Pindad di Malang pada Juli 2023 lalu.

Dalam kunjungan tersebut, terdapat momen Prabowo menjadi sopir bagi Jokowi, Ibu Iriana Jokowi, dan Menteri BUMN Erick Thohir menggunakan kendaraan taktis Maung.

"Itu bukan sebuah etalase bicara tentang kebijakan pertahanan, di level ini tidak ada isu pertahanan sangat urgen, itu adalah panggung politik yang disediakan saya pikir oleh lingkar terdekat Pak Jokowi," ujar Umam.

Ia juga mengatakan, sinyal dukungan Jokowi ke Prabowo terlihat dari sikap organisasi relawan dan partai politik pendukung Jokowi yang merapat ke Prabowo.

Kendati sudah terbuka menunjukkan sinyal dukungan kepada Prabowo, Jokowi dinilai bakal tetap berhati-hati.

"Pak Jokowi bukan politisi kemarin sore, beliau akan tetap mencoba menjaga basis keseimbangan itu supaya tidak mendapatkan serangan terlalu frontal dari PDI-P," kata Umam.

Menurut Umam, hal itu terlihat dari pidato kenegaraan Jokowi di sidang tahunan MPR yang menegaskan bahwa dirinya tidak ikut campur terkait arah dukungan partai politik jelang Pemilu 2024.

https://nasional.kompas.com/read/2023/08/25/14571621/menerka-efek-jokowi-ke-ganjar-dan-prabowo-survei-membuktikan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke