Salin Artikel

Saat Jokowi Singgung Copras-capres dalam Pidato Kenegaraan, dari "Pak Lurah" hingga Lari Maraton

Dalam pidato kenegaraannya, Jokowi menyinggung sejumlah hal mengenai dinamika pencalonan, dari sebutan "Pak Lurah" bagi dirinya hingga harapannya akan presiden masa depan.

1. Pak Lurah

Di awal pidatonya, Jokowi langsung menyinggung dinamika politik yang menurutnya sudah menghangat menjelang Pemilu 2024.

Ia lalu mengungkapkan keherannya mengenai pernyataan politisi yang berkata masih menunggu arahan dari "Pak Lurah" ketika ditanya soal calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung oleh partai politik mereka.

"Kita saat ini sudah memasuki tahun politik, suasana sudah hangat-hangat kuku dan sedang tren ini di kalangan politisi dan parpol, setiap ditanya capres cawapresnya, jawabannya, 'Belum ada arahan Pak Lurah'," kata Jokowi.

Jokowi mengaku sempat heran mengapa partai-partai politik harus menunggu arahan dari "Pak Lurah" untuk menentukan calon presiden dan wakil presiden yang hendak mereka usung.

Namun, pada akhirnya, Jokowi menyadari bahwa "Pak Lurah" adalah julukan yang disematkan kepadanya.

'"Belakangan saya tahu yang dimaksud Pak Lurah ternyata saya. Iya, saya jawab saja, saya bukan lurah, saya adalah presiden Republik Indonesia. Ternyata Pak Lurah itu kode," kata Jokowi.

Lebih lanjut, Jokowi pun menegaskan bahwa ia tidak ikut campur dalam penentuan calon presiden dan wakil presiden oleh partai politik.

Sebab, hal itu merupakan kewenangan partai politik dan gabungan partai politik, sedangkan dirinya bukanlah ketua umum partai politik maupun ketua koalisi partai.

"Jadi saya ingin mengatakan, itu bukan wewenang saya. Bukan wewenang 'Pak Lurah', bukan wewenang 'Pak Lurah' sekali lagi," ujar Jokowi.

2. Nasibnya jadi "paten-patenan"

Setelah membantah bahwa dirinya ikut campur dalam bursa pencalonan presiden dan wakil presiden, Jokowi menyampaikan bahwa memang sudah nasibnya sebagai presiden untuk terus dikait-kaitkan ke hal tersebut.

"Saya paham ini sudah menjadi nasib seorang Presiden untuk dijadikan 'paten-patenan' dalam bahasa Jawa, dijadikan alibi, dijadikan tameng," kata Jokowi.

Mantan Wali Kota Solo ini pun menyinggung banyaknya foto dirinya yang dipasang di banyak tempat saat masa kampanye belum dimulai.

"Ya saya harus ngomong apa adanya. Saya ke provinsi A, eh ada, ke kota B, eh ada, ke kabupaten C ada juga, sampai ke tikungan-tikungan di desa saya lihat ada juga," ujar dia.

Jokowi menyebutkan, foto-foto yang dipajang itu pun bukan fotonya sendiri, tetapi didampingi oleh tokoh yang digadang-gadang bakal maju jadi calon presiden.

Kendati demikian, Jokowi hanya memberi respons santai mengenai fotonya yang 'dicatut' tersebut.

"Tapi, bukan foto saya sendirian, ada yang di sebelahnya bareng capres. Ya saya kira menurut saya juga enggak apa-apa, boleh-boleh saja," kata Jokowi.

3. Lari maraton

Dalam pidatonya, Jokowi juga banyak berbicara soal pencapaian program dan pencapaian yang diperoleh pemerintah di bawah kepemimpinannya selama 9 tahun terakhir.

Ia lantas menegaskan bahwa kepemimpinan ke depan merupakan faktor penting dalam menentukan masa depan Indonesia.

"Ini bukan tentang siapa yang jadi presidennya, bukan, bukan itu, bukan itu. Tapi, apakah sanggup atau tidak, untuk bekerja sesuai dengan apa yang sudah dimulai saat ini," kata Jokowi.

Jokowi menyatakan, masa depan Indonesia akan bergantung apa keberanian maupun konsistensi pemimpin berikutnya untuk melanjutkan apa yang telah ia kerjakan selama ini.

"Karena yang dibutuhkan itu adalah nafas yang panjang, karena kita tidak sedang jalan-jalan sore. Kita juga tidak sedang lari sprint, tapi yang kita lakukan harusnya adalah lari maraton untuk mencapai Indonesia Emas," ujar dia.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun mengingatkan bahwa tantangan ke depan tidaklah mudah sehingga dalam membuat kebijakan pun akan semakin sulit.

Jokowi menyebutkan, diperlukan keberanian dan kepercayaan bagi seorang pemimpin agar dapat mengambil keputusan yang sulit dan tidak popiler.

"Oleh sebab itu, menurut saya, pemimpin itu harus punya public trust karena kepercayaan adalah salah satu faktor penentu bisa berjalan atau tidaknya suatu kebijakan, bisa diikuti atau tidaknya sebuah keputusan. Ini adalah modal politik dalam memimpin sebuah bangsa besar seperti Indonesia," kata dia.

Apa maknanya?

Direktur Eksekutif Algoritma Aditya Perdana menilai ada makna di balik pernyataan-pernyataan Jokowi dalam pidatonya kemarin.

Menurut Aditya, pernyataan Jokowi soal "Pak Lurah" bisa dimaknai bahwa ia tidak punya wewenang dalam pencalonan pada Pilpres 2024.

Namun, di sisi lain, Aditya juga menilai bahwa Jokowi menyampaikan harapan dan keinginannya terhadap kepemimpinan politik yang akan datang berkaca dari pernyataan Jokowi soal 'lari maraton'.

"Dua hal ini terlihat ada kaitannya dalam informal politics, bahwa tentu Pak Jokowi akan melakukan langkah-langka yang dianggap penting untuk menempatkan harapannya dapat terwujud di kepemimpinan politik berikutnya," ujar Aditya.

Dosen Departemen Ilmu Politik Universitas Indonesia ini pun menilai pernyataan itu menunjukkan endorsement politik dari Jokowi punya pengaruh kuat di mata elite dan publik.

Aditya melanjutkan, pernyataan Jokowi soal pentingnya kepercayaan publik juga menyiratkan sebuah pesan dari kepala negara kepada para calon penerusnya kelak.

"Dugaan saya ini pesan Pak Jokowi kepada capres yang akan bertarung nanti bahwa kepercayaan publik perlu dijaga dengan baik seperti yang ia lakukan dalam masa pemerintahan 10 tahun ini," kata Aditya.

https://nasional.kompas.com/read/2023/08/17/06102971/saat-jokowi-singgung-copras-capres-dalam-pidato-kenegaraan-dari-pak-lurah

Terkini Lainnya

Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

Nasional
Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Nasional
Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Nasional
Wapres Kunker ke Mamuju, Saksikan Pengukuhan KDEKS Sulawesi Barat

Wapres Kunker ke Mamuju, Saksikan Pengukuhan KDEKS Sulawesi Barat

Nasional
Momen Jokowi Jadi Fotografer Dadakan Delegasi Perancis Saat Kunjungi Tahura Bali

Momen Jokowi Jadi Fotografer Dadakan Delegasi Perancis Saat Kunjungi Tahura Bali

Nasional
Berjasa dalam Kemitraan Indonesia-Korsel, Menko Airlangga Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari GNU

Berjasa dalam Kemitraan Indonesia-Korsel, Menko Airlangga Raih Gelar Doktor Honoris Causa dari GNU

Nasional
Nadiem Ingin Datangi Kampus Sebelum Revisi Aturan yang Bikin UKT Mahal

Nadiem Ingin Datangi Kampus Sebelum Revisi Aturan yang Bikin UKT Mahal

Nasional
Saksi Kemenhub Sebut Pembatasan Kendaraan di Tol MBZ Tak Terkait Kualitas Konstruksi

Saksi Kemenhub Sebut Pembatasan Kendaraan di Tol MBZ Tak Terkait Kualitas Konstruksi

Nasional
Puan Maharani: Parlemen Dunia Dorong Pemerintah Ambil Langkah Konkret Atasi Krisis Air

Puan Maharani: Parlemen Dunia Dorong Pemerintah Ambil Langkah Konkret Atasi Krisis Air

Nasional
Hari Ke-10 Keberangkatan Haji: 63.820 Jemaah Tiba di Madinah, 7 Orang Wafat

Hari Ke-10 Keberangkatan Haji: 63.820 Jemaah Tiba di Madinah, 7 Orang Wafat

Nasional
Jokowi: Butuh 56 Bangunan Penahan Lahar Dingin Gunung Marapi, Saat Ini Baru Ada 2

Jokowi: Butuh 56 Bangunan Penahan Lahar Dingin Gunung Marapi, Saat Ini Baru Ada 2

Nasional
Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 Bersandar di Jakarta, Prajurit Marinir Berjaga

Kapal Perang Perancis FREMM Bretagne D655 Bersandar di Jakarta, Prajurit Marinir Berjaga

Nasional
Erupsi Gunung Ibu, BNPB Kirim 16 Juta Ton Bantuan Logistik untuk 1.554 Pengungsi

Erupsi Gunung Ibu, BNPB Kirim 16 Juta Ton Bantuan Logistik untuk 1.554 Pengungsi

Nasional
Pesawat Terlambat Bisa Pengaruhi Layanan Jemaah Haji di Mekkah

Pesawat Terlambat Bisa Pengaruhi Layanan Jemaah Haji di Mekkah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke